Tata Cara Puasa Syawal Sesuai Sunnah Rasulullah SAW


 Sebagaimana yang kita ketahui bahwa berpuasa di bulan Ramadan merupakan ibadah  Tata Cara Puasa Syawal Sesuai Sunnah Rasulullah SAW
Tata Cara Puasa Syawal – Sebagaimana yang kita ketahui bahwa berpuasa di bulan Ramadan merupakan ibadah dengan keutamaan yang sangat besar. 

Namun, kini bulan Ramadan telah berakhir. Hal ini menandakan berakhirnya pula seorang muslim untuk melaksanakan ibadah wajib berpuasa dan meraih amalan dengan keutamaan-keutamaan besar lainnya di bulan Ramadan. 

Tentunya, sebagai seorang yang bertakwa pasti akan merasakan kesedihan yang mendalam tatkala banyak sekali kelalaian yang dikerjakan saat menjalani kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan. 

Yang lebih menyedihkan lagi, setelah melewati bulan Ramadan belum tentu kita akan menjumpai Ramadan di tahun yang akan datang.
Meskipun demikian, Allah masih membukakan kesempatan pintu pahala lain setelah terlewatnya bulan Ramadhan. Pintu pahala tersebut adalah berpuasa enam hari di bulan Syawal.

Berikut ini tata cara puasa di bulan Syawal yang dianjurkan dalam syariat Islam.

1. Niat Puasa Syawal

Niat adalah penentu dalam suatu amalan. Tanpa ada niat maka amalan tersebut tidak akan bermanfaat. 

Adapun puasa Syawal ini tergolong puasa sunnah mu’ayyan atau puasa sunnah yang ditentukan harinya. Maka hendaknya seorang yang berniat untuk melaksanakan puasa Syawal supaya niat terlebih dahulu sebelum berpuasa.

Adapun letak asas niat adalah di dalam hati. Maka kita cukupkan diri untuk menata niat di dalam hati.

2. Waktu Puasa Syawal

Seperti namanya yang telah kita kenal, puasa Syawal hanya dikerjakan di bulan Syawal saja. 

Adapun apabila dikerjakan di bulan lain maka tidak disebut puasa Syawal. Puasa Syawal yang sempurna adalah dikerjakan selama enam hari. Berdasarkan hadits:

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Dari Abu Ayyub Al-Anshory radliyallaahu ‘anhu menceritakan hadits padanya bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : 

“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian melanjutkannya sebanyak enam hari di bulan Syawal maka ia seperti puasa dalam satu tahun.” (HR. Muslim : 1164)

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ، صَاحِبِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ بِسِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ، فَكَأَنَّمَا صَامَ الدَّهْرَ

Dari Abu Ayyub sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : 

“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan, kemudian mengikutkannya dengan enam hari berpuasa di bulan Syawal, maka seakan-akan ia berpuasa selama setahun.” (HR. Abu Dawud : 2433)

Dari hadits tersebut menunjukkan bahwa puasa Syawal dikerjakan sebanyak enam hari dalam bulan Syawal. 

Adapun tata cara pengamalannya tidak diharuskan berurutan harinya. Boleh dikerjakan tidak berturut-turut ataupun berturut-turut.

Lalu bagaimana apabila puasa Syawal tidak dilaksanakan sebanyak enam hari di bulan Syawal? Apakah puasanya sah ataukah tidak?

Jawabannya adalah sah. Karena puasa enam hari dalam bulan Syawal tergolong mustahab (sunnah) atau tidak wajib. 

Lagi pula, hitungan puasa enam hari di bulan Syawal juga bukan rukun puasa syawal. Maka apabila puasa kurang dari enam hari di bulan Syawal tetap sah hukumnya akan tetapi ia hanya mendapatkan pahala sebatas ia melaksanakannya saja. 

Ia tidak mendapatkan pahala selama setahun penuh berpuasa sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits. Karena pahala satu tahun berpuasa diperoleh apabila seseorang melaksanakan ibadah puasa Ramadan secara sempurna dan ditambah enam hari di bulan Syawal.

Lalu, bagaimana apabila suatu ketika berhalangan untuk berpuasa di bulan Syawal, sedangkan jumlah puasa yang sudah dilaksanakam belum sempurna enam hari? Apakah wajib di qodlo?

Jawabannya adalah tidak wajib, karena puasa Syawal tergolong puasa sunnah. Akan tetapi boleh di qodho di bulan lain apabila benar-benar terdapat udzur yang dibenarkan, dan tetap mendapatkan keutamaan pahala puasa Syawal. 

Adapun apabila berpuasa kurang dari enam hari tanpa udzur, maka tidak ada qodlo baginya. 

Apabila ia mengerjakan dengan niat menqodlo maka ia tidak dikatakan puasa di bulan Syawal dan tidak mendapatkan keutamaan puasa Syawal. Akan tetapi ia melaksanakan puasa sunnah secara mutlak.

3. Larangan Berpuasa di Awal Bulan Syawal

Terdapat satu hari di bulan Syawal dimana seseorang tidak boleh melaksanakan puasa di hari itu. Baik puasa qodho’ maupun puasa sunnah. 

Adapun hari itu adalah hari di mana seluruh kaum muslimin melaksanakan hari rayanya. Di hari itu seseorang diwajibkan untuk ifthar

Berdasarkan larangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :

عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ، مَوْلَى ابْنِ أَزْهَرَ، قَالَ: شَهِدْتُ العِيدَ مَعَ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقَالَ: هَذَانِ يَوْمَانِ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صِيَامِهِمَا: يَوْمُ فِطْرِكُمْ مِنْ صِيَامِكُمْ، وَاليَوْمُ الآخَرُ تَأْكُلُونَ فِيهِ مِنْ نُسُكِكُمْ

Dari Abu Udaid, mantan budak Ibnu Azhar berkata : Aku menjumpai hari raya di zaman Umar bin Khattab radliyallahu ‘anhu, ia mengatakan : Ini adalah dua hari dimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melarang berpuasa di dua hari tersebut: Yaitu ketika kalian merayakan hari raya idul fitri setelah berpuasa, dan hari yang lain (yaitu hari raya idul adha) yang mana kalian makan sembelihan kalian.” (HR. Bukhari : 1990)

عن قَزَعَةَ، مَوْلَى زِيَادٍ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يُحَدِّثُ بِأَرْبَعٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَعْجَبْنَنِي وَآنَقْنَنِي قَالَ: لاَ تُسَافِرِ المَرْأَةُ يَوْمَيْنِ إِلَّا مَعَهَا زَوْجُهَا أَوْ ذُو مَحْرَمٍ، وَلاَ صَوْمَ فِي يَوْمَيْنِ الفِطْرِ وَالأَضْحَى، وَلاَ صَلاَةَ بَعْدَ صَلاَتَيْنِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، وَبَعْدَ العَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ وَلاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ، إِلَّا إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الحَرَامِ، وَمَسْجِدِ الأَقْصَى وَمَسْجِدِي

Dari Qoza’ah mantan budaknya Ziad, berkata : Aku mendengar Abu Sa’id Al-Khudriyyi radliyallaahu ‘anhu menceritakan empat hadits dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, yang membuatku terheran dan terkagum, beliau bersabda : 

“Janganlah seorang wanita bersafar selama dua hari kecuali bersama suaminya atau mahramnya, dan janganlah berpuasa di dua hari raya yaitu idul fitri dan idul adha, dan tidak ada sholat setelah dua sholat yaitu setelah subuh sampai terbitnya matahari, dan setelah ashar sampai termenamnya matahari, dan janganlah mempercepat perjalanan kecuali pada tiga masjid, yaitu masjidil haram, masjidil aqsha dan masjidku (masjid nabawi).” (HR. Bukhari : 1197)

Dari kedua hadits tersebut menunjukkan bahwa terdapat larangan berpuasa di tanggal satu Syawal, yaitu di mana kaum muslimin merayakan hari raya idul fitri.

4. Keutamaan dan Hikmah Puasa Syawal

Telah dinukil sebuah hadits pada poin yang kedua, bahwa berpuasa di bulan Ramadhan kemudian diikutkan dengan enam hari di bulan Syawal pahalanya seperti berpuasa selama satu tahun. 

Apabila puasa Ramadan dan Syawal di jumlah maka totalnya adalah tiga puluh enam hari berpuasa. 

Istimewanya, Allah memberikan umat Nabi Muhammad berupa kelebihan tersendiri, yakni setiap amalan yang dikerjakan oleh mereka akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. 

Berdasarkan firman Allah subhanahu wata’ala

مَن جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Q.S Al-An’am : 160)

Dari ayat tersebut menunjukkan kepada kita bahwa setiap kebaikan yang dilakukan oleh umat Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam dilipatkan sebanyak sepuluh kali lipat. Apabila kita berpuasa selama tiga puluh enam hari maka Allah akan menggandakannya sepuluh kali lipat menjadi tiga ratus enam puluh.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa terdapat tiga ratus enam puluh hari dalam satu tahun. Maka sudah sepantasnya apabila kita melaksanakan puasa di bulan Ramadhan dan di tambah enam hari di bulan Syawal pahalanya seperti berpuasa selama satu tahun. 

Inilah keistimewaan khusus untuk umat Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam yang sepantasnya kita syukuri. 

Adapun wujud kita bersyukur kepada Allah ta’ala adalah dengan meningkatkan ibadah kita, termasuk melaksanakan puasa sunnah di bulan Syawal.

Demikianlah tata cara puasa syawal yang dapat kami paparkan. Semoga kita mendapatkan manfaat pada tulisan ini dan bisa mengamalkannya di dalam kehidupan kita. Amiin.

Oleh : Adam Rizkala

Sumber https://www.nasehatquran.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel