Berprasangka Baik Kepada Allah Atas Peristiwa Alam Yang Terjadi


 Allah Yang Maha Kuasa dan Penyayang niscaya punya tujuan baik dengan penciptaan alam semest Berprasangka Baik Kepada Allah Atas Musibah Yang Terjadi

Allah Yang Maha Kuasa dan Penyayang niscaya punya tujuan baik dengan penciptaan alam semesta. Tapi, tak menyerupai persepsi sebagaimana kita, tujuan baik itu – meski kita dituntut selalu berupaya membaikkan keadaan – bukanlah akan dicapai melalui suatu dunia yang bebas kesulitan, kekurangan dan kesedihan. 

Allah berfirman:
"Sungguh Kami akan menguji kalian dengan sebagian rasa takut, rasa lapar, serta kekurangan harta, jiwa, dan buah. Dan berikanlah kabar besar hati kepada orang-orang yang sabar.” (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapat berkah yang tepat dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS 2:155)

Betapa tidak?

Berkenaan dengan penciptaan hidup dan mati, Allah mengajarkan:

Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang membuat mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kau yang lebih tepat amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (QS 67:1-2)

Tampak dari kedua ayat di atas, Allah ingin memberikan bahwa untuk kebaikan insan sendiri, penanaman dan pengembangan etika sabar dan ihsan lebih penting bagi insan dan lebih tinggi prioritasnya dibanding hidup yang bebas dari kesulitan dan kesedihan.

Sehingga pada puncaknya Allah mengajarkan:

Boleh jadi kau membenci sesuatu, padahal beliau amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kau menyukai sesuatu, padahal beliau amat jelek bagimu; Allah mengetahui, sedang kau tidak mengetahui.” (QS 2:216).

Sedemikian sehingga para filosof, termasuk Imam Ghazali, menyebut kehidupan dengan segala kebaikan dan ke-buruk-annya ialah “yang terbaik dari dunia yang mungkin diciptakan” (laysa fil imkan ahsan min maa kaan, the best of all the possibke worlds, atau kadang disebut ahsanun-nizham saja).

Semua yang tiba dari Allah ialah baik, kitalah yang menjadikannya buruk:

Kebaikan apa pun yang kau peroleh ialah dari sisi Allah dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”(QS 4: 79)

Apa kesalahan kita? Tidak husnuzh-zhan kepada Allah, tidak mau sabar kepada ketetapanNya. Tidak mau ber-ihsan dalam menghadapi ujianNya. Sehingga kita tak sanggup menimba pesan yang tersirat darinya, dan malah justru berkeluh-kesah sehingga hanya keburukan yang kita sanggup dari ujian Allah itu.

Mudah-mudahan Allah selalu berikan rahmatNya kepada orang-orang yang sedang dalam kesulitan dan kesusahan, dan mudah-mudahan hidayah, taufik, dan ‘inayahNya selalu terlimpah kepada kita semua.. Aamiin yaa robbal 'alamiin..

Teriring doa bagi Sulteng,

Alfaqir: Haidar Bagir

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel