Potensi Insan Dan Cara Pengembangannya
Potensi sanggup diibaratkan mirip tumbuh-tumbuhan. Wujudnya akan tampak nyata apabila dipelihara, dirawat, dijaga, dibimbing serta dikembangkan lantaran secara kodrati, insan dianugerahi oleh Tuhan
berupa kemampuan potensi dasar.
Demikian halnya dengan potensi yang dimiliki manusia, maka potensi naluriah indrawi, logika maupun rasa keberagamaan pada bentuk asalnya gres berupa dorongan-dorongan dasar yang bersifat alamiah. Oleh lantaran itu, potensi tersebut akan sanggup mencapai tujuan yang gotong royong apabila dijaga, dipelihara, dibimbing dan dikembangkan secara terarah, sedikit demi sedikit dan berkesinambungan. Pengembangan potensi insan sanggup dilakukan dengan bermacam-macam cara dan ditinjau dari banyak sekali pendekatan sebagai berikut.
a. Pendekatan filosofis
Pendekatan ini dipakai dalam konteks pandangan filsafat yang mengacu pada hakekat penciptaan manusia itu sendiri. Pada garis besarnya, pengembangan potensi manusia harus mengacu kepada dedikasi dalam bentuk mematuhi ketentuan dan pedoman Allah selaku pencipta. Sedangkan ungkapan rasa syukur digambarkan dalam bentuk penghayatan terhadap nilai-nilai budbahasa yang terkandung di dalamnya serta bisa diimplementasikan dalam sikap dan sikap lahiriah maupun batiniah. Pengembangan ini diarahkan pada nilai-nilai batin dengan keinginan dapat menumbuhkan kesadaran diri manusia, bahwa segala potensi yang dimiliki merupakan nikmat Allah semata. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 53 sebagai berikut:
Dengan demikian terperinci bahwa potensi yang telah dianut bahkan itu tidak lepas kaitannya dengan dedikasi kepada pencipta.
b. Pendekatan kronologis
Pendekatan kronologis ialah pendekatan yang didasarkan atas proses perkembangan melalui pentahapan. Karena proses pembentukan embrio insan berlangsung dalam tahap-tahap dari yang sederhana hingga kepada yang lebih kompleks. Karena insan ialah makhluk yang berkembang secara evolusi dari lahir hingga menginjak cukup umur perkembangan insan melalui periodesasi semua ini
sejalan dengan Firman Allah surat al-Mukmin ayat 67:
Merujuk kepada kenyataan ini, maka pengembangan potensi insan harus diarahkan kepada bimbingan secara sedikit demi sedikit pula. Selain itu pengembangan potensi insan mustahil dilakukan dengan paksa, lantaran tiap individu mempunyai irama perkembangan yang berbeda-beda. Karena itu bimbingan diberikan dan berdasarkan kemampuan untuk mengenal karakteristik perkembangan tahap demi tahap. Itulah sebabnya potensi itu perlu dikembangkan secara bertahap.
c. Pendekatan fungsional
Setiap potensi yang dianugerahkan Allah kepada insan tentunya diarahkan untuk dimanfaatkan. Melalui pendekatan fungsional ini dimaksudkan bahwa pengembangan potensi insan dilihat dalam kaitannya dengan fungsi potensi itu masing-masing, mirip halnya potensi rasa mengarah pada nilai-nilai etika, estetika, dan agama. Potensi logika pikiran insan berfungsi untuk merenung dan memikirkan esensi ciptaan Allah, mengadakan analisis dan studi perbandingan betapa besar dan agungnya semua belakang layar ciptaan-Nya itu. Indra berfungsi sebagai media untuk mengenal dunia luar hingga insan sanggup berkomunikasi dengan lingkungan. Sedangkan fungsi dorongan beragama ialah biar insan sanggup mengenal dan mengabdi kepada Tuhan sebagai pencipta. Dengan memakai pendekatan ini dibutuhkan agar perkembangan potensi yang ada pada insan tidak menjadi sia-sia lantaran terlantar. Maka pengembangannya perlu disesuaikan dengan fungsi utama dari setiap potensi itu masing-masing. Berdasarkan fungsinya yang hakiki, maka potensi insan perlu diarahkan sejalan dengan hakikat kejadiannya. Lebih lanjut atas dasar fungsi hakekat ini, maka untuk mengaktualisasikan hakekat kemanusiaannya pengembangan mesti ditujukan pada bagaimana upayanya biar potensi tersebut dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan manusia sebagai makhluk yang manusiawi.
d. Pendekatan sosial
Berdasarkan pendekatan ini insan dilihat sebagai makhluk yang mempunyai dorongan hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dari relasi yang dibina dalam masyarakat akan terwujud relasi timbal balik (reciprocal interaction) dengan orang-orang di sekitarnya. Maka terjadilah rangsangan-rangsangan yang sanggup membuatkan potensi-potensi alamiah manusia.
Melalui pendekatan sosial insan dibina dan dibimbing sehingga potensi yang dimilikinya yaitu sebagai makhluk sosial sanggup teratur dan sekaligus terarah pada nila-nilai positif melalui training dan bimbingan yang berpedoman pada prinsip dan akhlak. Diharapkan potensi yang dimiliki setiap individu akan bermanfaat dalam training relasi sosialnya. Dengan demikian, pengembangan potensi melalui pendekatan sosial ini dibutuhkan akan terbentuk relasi sosial yang baik antar sesama insan maupun antara makhluk yang terpelihara secara harmonis, lantaran berlandaskan pada keimanan dan kemaslahatan.
Hasan Langgulung dalam membuatkan potensi lebih mendasarkan pada pendapat filosof muslim, yakni sifat-sifat Tuhan yang berjumlah 99 itu menurutnya merupakan potensi-potensi yang harus dikembangkan dengan wajar dan sempurna. Bukan hanya kekuatan jasmani saja mirip pada pendidikan Sparta, atau kecerdasan rohani saja mirip di Athena.
Adapun bentuk pengembangan potensinya harus sesuai dengan petunjuk Tuhan, itulah yang disebut sebagai ibadah/menyembah kepada penciptanya. Kalau potensi tadi tidak dikembangkan, berarti ia telah menyeleweng dari tujuan kejadiannya, al-Ilmu contohnya ialah merupakan sifat Tuhan dan merupakan potensi manusia. Menuntut ilmu merupakan bentuk pengembangan potensi tersebut, dan ini merupakan ibadah, tetapi jikalau ini tidak dikembangkan dalam diri insan dan tidak menuntut ilmu, maka berarti ia menyalahi potensinya atau dengan kata-kata psikologi, ia menyalahi watak semula (natur)nya. Begitu jugalah dengan sifat-sifat Tuhan yang lainnya.
Pengembangan potensi juga sanggup dilakukan dengan melalui pendidikan, lantaran di dalamnya terdapat proses menumbuhkan dan membuatkan potensi-potensi tersebut dalam arti berusaha untuk menampakkan (aktualisasi) potensi-potensi laten tersebut yang dimiliki setiap anak. Untuk itu, dalam rangka membuatkan potensi atau kemampuan dasar, maka insan membutuhkan adanya dukungan dari orang lain untuk membimbing, mendorong dan mengarahkan biar banyak sekali potensi tersebut sanggup tumbuh dan berkembang secara masuk akal dan optimal, sehingga hidupnya sanggup berdaya guna dan berhasil guna. Dengan begitu, mereka sanggup mengikuti keadaan dengan lingkungannya, baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Sumber https://pakarmakalah.blogspot.com/
berupa kemampuan potensi dasar.
Demikian halnya dengan potensi yang dimiliki manusia, maka potensi naluriah indrawi, logika maupun rasa keberagamaan pada bentuk asalnya gres berupa dorongan-dorongan dasar yang bersifat alamiah. Oleh lantaran itu, potensi tersebut akan sanggup mencapai tujuan yang gotong royong apabila dijaga, dipelihara, dibimbing dan dikembangkan secara terarah, sedikit demi sedikit dan berkesinambungan. Pengembangan potensi insan sanggup dilakukan dengan bermacam-macam cara dan ditinjau dari banyak sekali pendekatan sebagai berikut.
a. Pendekatan filosofis
Pendekatan ini dipakai dalam konteks pandangan filsafat yang mengacu pada hakekat penciptaan manusia itu sendiri. Pada garis besarnya, pengembangan potensi manusia harus mengacu kepada dedikasi dalam bentuk mematuhi ketentuan dan pedoman Allah selaku pencipta. Sedangkan ungkapan rasa syukur digambarkan dalam bentuk penghayatan terhadap nilai-nilai budbahasa yang terkandung di dalamnya serta bisa diimplementasikan dalam sikap dan sikap lahiriah maupun batiniah. Pengembangan ini diarahkan pada nilai-nilai batin dengan keinginan dapat menumbuhkan kesadaran diri manusia, bahwa segala potensi yang dimiliki merupakan nikmat Allah semata. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 53 sebagai berikut:
Dengan demikian terperinci bahwa potensi yang telah dianut bahkan itu tidak lepas kaitannya dengan dedikasi kepada pencipta.
b. Pendekatan kronologis
Pendekatan kronologis ialah pendekatan yang didasarkan atas proses perkembangan melalui pentahapan. Karena proses pembentukan embrio insan berlangsung dalam tahap-tahap dari yang sederhana hingga kepada yang lebih kompleks. Karena insan ialah makhluk yang berkembang secara evolusi dari lahir hingga menginjak cukup umur perkembangan insan melalui periodesasi semua ini
sejalan dengan Firman Allah surat al-Mukmin ayat 67:
Merujuk kepada kenyataan ini, maka pengembangan potensi insan harus diarahkan kepada bimbingan secara sedikit demi sedikit pula. Selain itu pengembangan potensi insan mustahil dilakukan dengan paksa, lantaran tiap individu mempunyai irama perkembangan yang berbeda-beda. Karena itu bimbingan diberikan dan berdasarkan kemampuan untuk mengenal karakteristik perkembangan tahap demi tahap. Itulah sebabnya potensi itu perlu dikembangkan secara bertahap.

c. Pendekatan fungsional
Setiap potensi yang dianugerahkan Allah kepada insan tentunya diarahkan untuk dimanfaatkan. Melalui pendekatan fungsional ini dimaksudkan bahwa pengembangan potensi insan dilihat dalam kaitannya dengan fungsi potensi itu masing-masing, mirip halnya potensi rasa mengarah pada nilai-nilai etika, estetika, dan agama. Potensi logika pikiran insan berfungsi untuk merenung dan memikirkan esensi ciptaan Allah, mengadakan analisis dan studi perbandingan betapa besar dan agungnya semua belakang layar ciptaan-Nya itu. Indra berfungsi sebagai media untuk mengenal dunia luar hingga insan sanggup berkomunikasi dengan lingkungan. Sedangkan fungsi dorongan beragama ialah biar insan sanggup mengenal dan mengabdi kepada Tuhan sebagai pencipta. Dengan memakai pendekatan ini dibutuhkan agar perkembangan potensi yang ada pada insan tidak menjadi sia-sia lantaran terlantar. Maka pengembangannya perlu disesuaikan dengan fungsi utama dari setiap potensi itu masing-masing. Berdasarkan fungsinya yang hakiki, maka potensi insan perlu diarahkan sejalan dengan hakikat kejadiannya. Lebih lanjut atas dasar fungsi hakekat ini, maka untuk mengaktualisasikan hakekat kemanusiaannya pengembangan mesti ditujukan pada bagaimana upayanya biar potensi tersebut dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan manusia sebagai makhluk yang manusiawi.
d. Pendekatan sosial
Berdasarkan pendekatan ini insan dilihat sebagai makhluk yang mempunyai dorongan hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dari relasi yang dibina dalam masyarakat akan terwujud relasi timbal balik (reciprocal interaction) dengan orang-orang di sekitarnya. Maka terjadilah rangsangan-rangsangan yang sanggup membuatkan potensi-potensi alamiah manusia.
Melalui pendekatan sosial insan dibina dan dibimbing sehingga potensi yang dimilikinya yaitu sebagai makhluk sosial sanggup teratur dan sekaligus terarah pada nila-nilai positif melalui training dan bimbingan yang berpedoman pada prinsip dan akhlak. Diharapkan potensi yang dimiliki setiap individu akan bermanfaat dalam training relasi sosialnya. Dengan demikian, pengembangan potensi melalui pendekatan sosial ini dibutuhkan akan terbentuk relasi sosial yang baik antar sesama insan maupun antara makhluk yang terpelihara secara harmonis, lantaran berlandaskan pada keimanan dan kemaslahatan.
Hasan Langgulung dalam membuatkan potensi lebih mendasarkan pada pendapat filosof muslim, yakni sifat-sifat Tuhan yang berjumlah 99 itu menurutnya merupakan potensi-potensi yang harus dikembangkan dengan wajar dan sempurna. Bukan hanya kekuatan jasmani saja mirip pada pendidikan Sparta, atau kecerdasan rohani saja mirip di Athena.
Adapun bentuk pengembangan potensinya harus sesuai dengan petunjuk Tuhan, itulah yang disebut sebagai ibadah/menyembah kepada penciptanya. Kalau potensi tadi tidak dikembangkan, berarti ia telah menyeleweng dari tujuan kejadiannya, al-Ilmu contohnya ialah merupakan sifat Tuhan dan merupakan potensi manusia. Menuntut ilmu merupakan bentuk pengembangan potensi tersebut, dan ini merupakan ibadah, tetapi jikalau ini tidak dikembangkan dalam diri insan dan tidak menuntut ilmu, maka berarti ia menyalahi potensinya atau dengan kata-kata psikologi, ia menyalahi watak semula (natur)nya. Begitu jugalah dengan sifat-sifat Tuhan yang lainnya.
Pengembangan potensi juga sanggup dilakukan dengan melalui pendidikan, lantaran di dalamnya terdapat proses menumbuhkan dan membuatkan potensi-potensi tersebut dalam arti berusaha untuk menampakkan (aktualisasi) potensi-potensi laten tersebut yang dimiliki setiap anak. Untuk itu, dalam rangka membuatkan potensi atau kemampuan dasar, maka insan membutuhkan adanya dukungan dari orang lain untuk membimbing, mendorong dan mengarahkan biar banyak sekali potensi tersebut sanggup tumbuh dan berkembang secara masuk akal dan optimal, sehingga hidupnya sanggup berdaya guna dan berhasil guna. Dengan begitu, mereka sanggup mengikuti keadaan dengan lingkungannya, baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.