Tsalatsatul Ushul : Tiga Landasan Utama dalam Islam
Tsalatsatul Ushul – Sebagaimana dibangunnya bangunan yang bertingkat, maka tidaklah bangunan tersebut dibangun kecuali diawali dengan pondasi yang kuat.
Tatkala pondasi awal yang dibangun lemah, maka semegah dan sekokoh apapun suatu bangunan akan sangat mudah dirobohkan.
Sebaliknya, apabila pondasi awal yang dibangun sangatlah kokoh dan kuat maka sebesar dan semegah apapun bangunan yang akan dibangun di atasnya akan tetap kokoh dan kuat.
Demikian pula agama Islam yang tidak akan kuat bangunannya kecuali dilandasi dengan pondasi yang kokoh dan kuat. Ada tiga landasan utama dalam Islam yang perlu kita bangun dengan kuat agar bangunan Islam semakin kuat dan tidak mudah dirobohkan.
Berikut ini ketiga landasan atau pondasi tersebut yang kami terjemahkan dari kitab Tsalatsah Al-Ushul :
A. Apa yang Wajib Dipelajari oleh Setiap Muslim?
Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, bahwasanya kita wajib mempelajari empat permasalahan, (yaitu):
- Pertama, ilmu. Yaitu ilmu tentang mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya, dan mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya.
- Kedua, mengamalkannya.
- Ketiga, mendakwahkannya.
- Keempat, sabar terhadap gangguan yang ada di dalamnya.
Adapun dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.[1]
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan : “Seandainya Allah tidak menurunkan hujjah atas makhluknya kecuali surat ini, niscaya surat ini mencukupi mereka.”
Imam Al-Bukhari rahimahullah mengatakan : Bab “Ilmu itu sebelum ucapan dan amalan”, adapun dalilnya adalah firman Allah ta’ala : Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.[2] dari ayat ini menunjukkan bahwa Allah memulai dengan ilmu sebelum ucapan dan perbuatan.
Ilmuilah terlebih dahulu sebelum beramal
Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan wajib mempelajari tiga permasalahan ini dan mengamalkannya.
Pertama : Bahwa Allah yang telah menciptakan dan memberikan rezeki kepada kita, dan tidak membiarkannya begitu saja. Bahkan Allah telah mengutus utusan, maka barang siapa yang menaatinya masuk surga dan barang siapa yang menentangnya maka masuk neraka. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ رَسُولًا ﴿١٥﴾ فَعَصَىٰ فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا ﴿١٦﴾
Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir'aun. Maka Fir'aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.[3]
Kedua : Bahwa Allah tidak ridha apabila Ia disekutukan oleh seorangpun dalam beribadah kepada-Nya, baik itu Malaikat yang didekatkan ataupun Nabi yang diutus. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.[4]
Ketiga : Bahwa barang siapa yang menaati Rasul-Nya dan mentauhidkan Allah maka ia tidak diperbolehkan berloyal kepada orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya walaupun ia adalah karib kerabat terdekatnya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ أُولَٰئِكَ حِزْبُ اللَّهِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.[5]
B. Al-Haniifiyyah Agama Ibrahim adalah Ibadah Semata-mata kepada Allah
Ketahuilah, semoga Allah membimbingmu untuk menaati-Nya, bahwa Al-Hanifiyyah[6] agamanya Ibrahim adalah hendaknya engkau beribada kepada Allah semata-mata dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya. Maka dari itu Allah memerintahkan seluruh manusia dan menciptakan mereka untuk itu, sebagaimana firman Allah ta’ala :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Makna “mengabdi kepada-Ku” adalah “mentauhidkan-Ku”. Perintah teragung yang diperintahkan oleh Allah adalah tauhid, yaitu menunggalkan dalam peribadatan. Dan larangan terbesar yang dilarang oleh Allah adalah syirik, yaitu menyembah kepada selain Allah disamping menyembah kepada-Nya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
Agama Ibrahim adalah agama tauhid
C. Tiga Pondasi dalam Islam
Apabila engkau ditanya : “Apa itu tiga pondasi yang wajib diketahui oleh manusia?” Maka jawablah : “Pengetahuan seorang hamba terhadap Rabb-Nya, agamanya, dan Nabinya (yaitu) Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam.”
1. Pondasi Pertama
Lalu jika engkau ditanya, “Siapa Rabbmu?” Jawablah, “Rabbku adalah Allah yang telah memeliharaku dan memelihara seluruh alam ini dengan nikmat-nikmat-Nya. Dan Dia adalah sesembahanku, aku tidak memiliki sesembahan selain-Nya.” Dalilnya adalah firman Allah taala :
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dan segala sesuatu selain Allah adalah alam, dan saya termasuk salah satu dari alam tersebut.
Lalu, jika engkau ditanya, “Dengan apa engkau mengenal Rabbmu?” Jawablah, “Dengan ayat-ayat-Nya dan makhluk-makhluk-Nya. Diantara ayat-ayat-Nya adalah malam, siang, matahari, dan bulan. Dan diantara makhluk-makhluk-Nya adalah langit yang tujuh, bumi yang tujuh, dan segala apa yang ada di dalamnya dan yang ada di antara keduanya.” Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.[10]
Dan firman Allah ta’ala :
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.[11]
Dan Rabb adalah sesembahan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿٢١﴾ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٢٢﴾
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.[12]
Ibnu Katsir rahimahullahu ta'ala berkata : “Pencipta segala hal inilah yang berhak untuk diibadahi.”
Macam-macam ibadah yang telah Allah perintahkan seperti Islam, iman, dan ihsan. Yang termasuk ibadah adalah doa[13], takut, berharap, tawakkal, raghbah[14], rahbah[15], khusyuk, khasy-yah[16], inabah[17], meminta pertolongan, meminta perlindungan, istighatsah[18], menyembelih, nadzar, dan selain itu dari jenis-jenis ibadah yang telah Allah perintahkan. Seluruhnya untuk Allah. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.[19]
Sehingga barang siapa yang memalingkan ibadah ini kepada sesuatu selain Allah, maka dia musyrik dan juga kafir. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.[20]
Dan di dalam hadits :
الدُّعَاءُ مُخُّ العِبَادَةِ
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".[22]
Dalil takut adalah firman Allah ta’ala :
إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.[23]
Dalil berharap adalah firman Allah ta’ala :
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.[24]
Dalil tawakkal adalah firman Allah ta’ala :
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Dan Allah berfirman :
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Dalil raghbah, rahbah, dan khusyuk adalah firman Allah ta’ala :
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.[27]
Dalil khasy-yah adalah firman Allah ta’ala :
فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي
Dalil inabah adalah firman Allah ta’ala :
وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ
Dalil meminta pertolongan adalah firman Allah ta'ala :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Dan di dalam hadits :
وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
Dalil meminta perlindungan adalah firman Allah ta’ala :
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
Dan :
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
Dalil istighatsah adalah firman Allah ta’ala :
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ
Dalil menyembelih adalah firman Allah ta’ala :
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لَا شَرِيكَ لَهُ
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya[35]
Dan dalil dari As-Sunnah :
لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ
Dalil nadzar adalah firman Allah ta’ala :
يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا
Pondasi pertama : Mengenal Allah dan mengenal hak-Nya
2. Pondasi Kedua
Pondasi yang kedua adalah mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya. Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid, tunduk kepadanya dengan ketaatan, berlepas diri dari syirik dan para pelakunya. Agama Islam ada tiga tingkatan : (yaitu) Islam, iman, dan ihsan. Setiap tingkatan memiliki rukun-rukun tersendiri.
A. Tingkatan Pertama yaitu Islam
Adapun rukun Islam ada lima (yaitu) :
- Bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
- Mendirikian shalat.
- Menunaikkan zakat.
- Berpuasa di bulan Ramadhan.
- Dan haji ke Baitullah Al-Haraam.
Dalil syhadat adalah firman Allah ta’ala :
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.[38]
Makna syahadat adalah tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah; kata (لاَ إِلهَ) menafikan seluruh sesembahan selain Allah, sedangkan kata (إِلا اللهُ) menetapkan ibadah hanya kepada Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam beribadah kepada-Nya, sebagaimana tidak ada sekutu bagi-Nya pada kekuasaan-Nya. Adapun tafsir yang menjelaskan makan ini adalah firman Allah ta’ala :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ ﴿٢٦﴾ إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ ﴿٢٧﴾ وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ﴿٢٨﴾
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku".Dan (lbrahim a. s.) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.[39]
Dan juga firman-Nya :
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". [40]
Dan dalil bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah adalah firman Allah ta’ala :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.[41]
Adapun makna bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah adalah : mentaati apa yang beliau perintahkan, membenarkan apa yang beliau kabarkan, menjauhi apa yang beliau larang dan beliau cegah, dan Allah tidak disembah kecuali dengan apa yang beliau syariatkan.
Adapun dalil shalat, zakat dan tafsir tauhid adalah firman Allah ta’ala :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.[42]
Dalilnya puasa adalah firman Allah ta’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,[43]
Dalilnya haji adalah firman Allah ta’ala :
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.[44]
B. Tingkatan Kedua yaitu Iman
Tingkatan yang kedua adalah iman : ia memiliki lebih dari 70 cabang. Cabang yang tertinggi adalah ucapan Laa ilaaha illallaah, cabang yang terrendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah salah satu dari cabang keimanan. Rukun iman ada enam (yaitu) : engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, utusan-Nya, hari akhir, dan beriman dengan takdir baik maupun buruk. Adapun dalil dari keenam rukun ini adalah firman Allah ta’ala :
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi[45]
Dan dalil takdir adalah firman-Nya ta’ala :
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
C. Tingkatan Ketiga yaitu Ihsan
Tingkatan yang ketiga adalah ihsan, rukunya satu, yaitu : engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, apabila engkau tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ
Dan juga firman-Nya ta’ala :
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ ﴿٢١٧﴾ الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ ﴿٢١٨﴾ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ ﴿٢١٩﴾ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٢٢٠﴾
Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.[48]
Dan juga firman-Nya ta’ala :
وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِن قُرْآنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.[49]
Dan dalilnya dari As-Sunnah adalah hadits Jibril yang terkenal dari Umar radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata :
بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الْإِسْلَامِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا، قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ، وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ، قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا، قَالَ: أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ، قَالَ: ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ لِي: يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ
Tatkala kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada suatu hari, tiba-tiba seorang laki-laki yang bajunya sangat putih dan rambutnya sangat hitam datang menghampiri kami.
Tidak nampak padanya tanda-tanda perjalanan dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Orang itu duduk ke dekat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dia menempelkan lututnya pada lutut beliau, dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya. Lalu orang itu berkata :
“Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam.”
Tidak nampak padanya tanda-tanda perjalanan dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Orang itu duduk ke dekat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dia menempelkan lututnya pada lutut beliau, dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya. Lalu orang itu berkata :
“Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, :
“Islam itu engkau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan haji ke baitullah jika engkau mampu menempuh jalan ke sana.”
“Islam itu engkau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan haji ke baitullah jika engkau mampu menempuh jalan ke sana.”
Orang itu berkata, “Engkau benar.”
'Umar berkata : Kami heran, dia yang bertanya, dia sendiri yang membenarkan.
Orang itu berkata, “Sekarang kabarkanlah kepada aku tentang iman.”
Beliau bersabda, “Iman itu engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.”
Orang itu berkata, “Engkau benar. Sekarang beritahu aku tentang ihsan.”
Beliau bersabda, “Ihsan itu engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya. Jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sungguh Allah melihatmu.”
Orang itu berkata, “Lalu beritahu aku mengenai hari kiamat.”
Beliau bersabda, “Yang ditanya tidak lebih mengetahuinya daripada yang bertanya.”
Orang itu berkata, “Kalau begitu, beritahu aku mengenai tanda-tandanya.”
Beliau bersabda, “Tandanya yaitu ketika seorang budak perempuan melahirkan tuannya dan engkau melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, berlomba-lomba meninggikan bangunan.”
'Umar berkata: Orang itu berlalu pergi dan kami terdiam beberapa saat. Lalu beliau bersabda kepadaku, “Wahai 'Umar, apa engkau tahu siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu.”
Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril, beliau datang kepada kalian untuk mengajari perkara agama kepada kalian.”[50]
Pondasi kedua : Mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya
3. Pondasi Ketiga
Pondasi yang ketiga adalah mengenal Nabi kalian (yakni) Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim. Hasyim dari suku Quraisy, dan Quraisy dari bangsa Arab. Arab berasal dari keturunan Isma’il bin Ibrahim Al-Khalil – semoga shalawat serta salam yang paling utama senantiasa tercurah kepada beliau dan Nabi kita –.
Umur hidup beliau adalah 63 tahun : 40 tahun sebelum masa kenabian dan 23 tahun sebagai Nabi dan Rasul. Beliau diangkat sebagai Nabi dengan surat iqra’ dan diangkat sebagai rasul dengan surat Al-Muddats-tsir. Negeri beliau adalah Mekah dan beliau hijrah ke Madinah.
Umur hidup beliau adalah 63 tahun : 40 tahun sebelum masa kenabian dan 23 tahun sebagai Nabi dan Rasul. Beliau diangkat sebagai Nabi dengan surat iqra’ dan diangkat sebagai rasul dengan surat Al-Muddats-tsir. Negeri beliau adalah Mekah dan beliau hijrah ke Madinah.
Allah mengutus beliau untuk memperingatkan dari syirik dan mendakwahkan tauhid. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ ﴿١﴾ قُمْ فَأَنذِرْ ﴿٢﴾ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ ﴿٣﴾ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ ﴿٤﴾ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ ﴿٥﴾
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah,[51]
Makna dari قُمْ فَأَنذِرْ (bangunlah, lalu berilah peringatan!) adalah memperingatkan dari syirik dan mendakwahkan tauhid. Dan وَرَبَّكَ فَكَبِّر (dan Tuhanmu agungkanlah!) yakni agungkanlah Dia dengan tahuid. Dan وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (dan pakaianmu bersihkanlah) yakni sucikanlah amalan-amalanmu dari kesyirikan. Dan وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ (dan perbuatan dosa tinggalkanlah) kata الرُّجْزَ adalah berhala; (maknanya adalah) tinggalkanlah berhala-berhala dan berlepas diri darinya dan para penyembahnya.
Dari 23 tahun tersebut, beliau mendakwahkan tauhid selama 10 tahun. Setelah 10 tahun beliau diangkat ke langit dan diwajibkan kepada beliau shalat liwa waktu. Beliau shalat di Mekah selama tiga tahun, setelah itu beliau diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah.
Hijrah artinya adalah : berpindah dari negeri syirik ke negeri Islam. Hijrah wajib bagi umat ini dari negeri syirik ke negeri Islam. Dan hukum ini tetap berlaku hingga hari kiamat. Adapun dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
Hijrah artinya adalah : berpindah dari negeri syirik ke negeri Islam. Hijrah wajib bagi umat ini dari negeri syirik ke negeri Islam. Dan hukum ini tetap berlaku hingga hari kiamat. Adapun dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنتُمْ ۖ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ ۚ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا ۚ فَأُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا ﴿٩٧﴾ إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا ﴿٩٨﴾ فَأُولَٰئِكَ عَسَى اللَّهُ أَن يَعْفُوَ عَنْهُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا ﴿٩٩﴾
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?".
Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)".
Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?".
Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.[52]
Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)".
Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?".
Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.[52]
Dan firman Allah ta’ala :
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ
Imam Al-Baghawi rahimahullahu ta'ala berkata, “Sebab turunnya ayat ini adalah pada kaum muslimin yang ada di Makkah dan tidak berhijrah. Allah memanggil mereka dengan nama iman.”
Adapun dalil wajibnya hijrah dari As-Sunnah adalah sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam :
لَا تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ حَتَّى تَنْقَطِعَ التَّوْبَةُ، وَلَا تَنْقَطِعُ التَّوْبَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
Hijrah tidak terputus hingga taubat terputus, dan taubat tidak terputus hingga matahari terbit dari barat.[54]
Ketika beliau tinggal di Madinah, beliau diperintah dengan syariat-syariat Islam yang lain, seperti zakat, puasa, haji, jihad, adzan, amar ma’ruf nahi mungkar, dan syariat Islam lainnya.
Hal itu dijalani oleh beliau selama 10 tahun, kemudian beliau shalawaatullahi wasalaamuhu ‘alaihi wafat dan agamanya tetap ada. Inilah agama beliau. Tidak ada kebaikan kecuali beliau telah menunjukkan kepada umatnya. Tidak ada pula keburukan kecuali beliau telah memperingatkan umat darinya. Kebaikan yang telah beliau tunjukkan adalah tauhid dan seluruh apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah.
Sedangkan keburukan yang telah beliau peringatkan darinya adalah syirik dan seluruh apa yang dibenci dan tidak disukai oleh Allah. Allah mengutus beliau kepada seluruh manusia dan Allah mewajibkan dua jenis makhluk – yakni jin dan manusia – untuk mentaati beliau. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
Sedangkan keburukan yang telah beliau peringatkan darinya adalah syirik dan seluruh apa yang dibenci dan tidak disukai oleh Allah. Allah mengutus beliau kepada seluruh manusia dan Allah mewajibkan dua jenis makhluk – yakni jin dan manusia – untuk mentaati beliau. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Dan Allah telah menyempurnakan agama melalui beliau. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.[56]
Adapun dalil wafatnya beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah firman Allah ta’ala :
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ ﴿٣٠﴾ ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ ﴿٣١﴾
Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-bantah di hadapan Tuhanmu.[57]
Dan manusia jika mereka telah meninggal maka kelak akan dibangkitkan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain,[58]
Dan firman Allah ta’ala :
وَاللَّهُ أَنبَتَكُم مِّنَ الْأَرْضِ نَبَاتًا ﴿١٧﴾ ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا ﴿١٨﴾
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.[59]
Dan setelah dibangkitkan amalan mereka akan dihisab dan dibalas. Dalilnya dalah firman Allah ta’ala :
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى
Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).[60]
Barang siapa yang mendustakan hari kebangkitan maka ia telah kafir. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَن لَّن يُبْعَثُوا ۚ قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.[61]
Allah telah mengutus seluruh para rasul untuk memberikan kabar gembira dan memberikan peringatan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
رُّسُلًا مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.[62]
Rasul yang pertama adalah Nuh ‘alaihissalam dan rasul terakhir adalah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Dalil bahwa rasul pertama adalah Nuh ‘alaihissalam adalah firman Allah ta’ala :
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya[63]
Allah telah mengutus seorang Rasul pada setiap umat dari Nuh hingga Muhammad. Rasul itu memerintahkan mereka untuk menyembah Allah semata, dan melarang mereka untuk menyembah taghut. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu"[64]
Allah telah mewajibkan seluruh hamba untuk mengingkari thagut dan beriman kepada Allah. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata : “Taghut adalah segala sesuatu yang menyebabkan seorang hamba melampaui batasnya; (taghut itu) berupa sesembahan, seseorang yang diikuti, atau yang ditaati.”
Taghut itu sangat banyak, dan pemimpinnya taghut ada lima : (yakni) Iblis – semoga Allah melaknatnya –, siapa saja yang senang ketika disembah, siapa saja yang mendakwahkan manusia untuk menyembahnya, siapa saja yang mengaku mengetahui sebagian ilmu gaib, dan siapa saja yang berhukum dengan selain apa yang Allah turunkan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
Taghut itu sangat banyak, dan pemimpinnya taghut ada lima : (yakni) Iblis – semoga Allah melaknatnya –, siapa saja yang senang ketika disembah, siapa saja yang mendakwahkan manusia untuk menyembahnya, siapa saja yang mengaku mengetahui sebagian ilmu gaib, dan siapa saja yang berhukum dengan selain apa yang Allah turunkan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.[65]
(ayat) Inilah makna dari kalimat “Laa ilaaha illallaah”.
Di dalam hadits disebutkan :
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ
Pokok segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.[66]
Wallaahu a’lam. Shallallaahu ‘ala Muhammad wa aalihi washahbihi wasallam.
Pondasi ketiga : Mengenal Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam dan meneladaninya
Diterjemahkan oleh : Adam Rizkala
[6] Adalah jalan beragamanya seorang yang beragama dengan menjauhkan diri dari syirik, yang dibangun atas ikhlash semata untuk Allah azza wa jalla.
[13] Doa itu ada dua jenis, ada doa permintaan ada juga doa ibadah. Doa permintaan adalah doa dimana seseorang meminta sesuatu kepada Allah terhadap apa yang diperlukannya. Sedangkan doa ibadah adalah beribadah dengan doa tersebut untuk mencari pahala dari Allah dan karena takut dengan hukuman dari Allah.
[15] Adalah perasaan khawatir yang timbul untuk melarikan diri dari yang ditakuti, bisa juga dikatakan perasaan khawatir yang disertai dengan perbuatan.
[16] Adalah rasa takut yang dibangun atas dasar ilmu karena keagungan sosok yang ditakuti (yakni) Allah dan karena kesempurnaan kekuasaan-Nya.
[21] HR. Tirmidzi no. 3371 (hadits ini gharib menurut imam Tirmidzi dan dhaif menurut Syaikh Albani)
Sumber https://www.nasehatquran.com/