Kisah Debu Bakar As-Sidiq, Wacana Kesederhanaan Seorang Pemimpin


Banyak sekali cerita ide yang tiba dari para sobat Nabi Muhammad. Kali ini, kita akan mendengarkan cerita Abu Bakar As-sidiq r.a ketika diangkat menjadi pemimpin umat islam di seluruh dunia (khalifah). Langsung di bawah ini;

Dalam kisah, sebelum menjadi seorang pemimpin, Abu Bakar ialah seorang pedagang kain di sudut salah satu pasar Mekah, hal ini ia lakukan untuk menunjang kebutuhan keluarganya. Apa yang terjadi sehabis Abu Bakar menjadi seorang pemimpin, apakah bermetamorfosis seorang kaya raya, bermandikan emas, ingin ini itu tersedia di telunjuknya?.

Tidak, ia masih menjadi seorang pedagang, masih berjalan kaki menuju pasar untuk menjajalkan dagangannya, ia menjadi seorang pemimpin, sekaligus pedagang kain.

Pada suatu pagi, di tengah perjalanan menuju pasar, Abu Bakar bertemu dengan Umar r.a. Melihat pemimpinnya sedang berjalan kaki, Umar sontak bertanya;

'Wahai Abu Bakar, kemanakah engkau pergi?.'

Sang pemimpin menjawab dengan singkat. 'Aku hendak ke pasar'.

'Bila engkau disibukan oleh urusan perdaganganmu, kemudian bagaimana dengan urusan kepemimpinanmu?.' Umar kembali bertanya

'Kalau demikian, bagaimana caranya saya sanggup memenuhi setiap kebutuhan keluargaku, kebutuhan istri dan anak-anakku?.' Timbal sang pemimpin


Kemudian Umar menawari sebuah solusi.

'Bila demikian, mari kita temui Abu Ubaidah, Rosul menggelarinya dengan Aminul Umah (orang kepercayaan umat). Dia akan menetapkan berapa uang pemberian untukmu yang diambil dari berangkas umat (baitul mal).' ajak Umar memperlihatkan solusi.

Kemudian, mereka menemui Abu Ubaidah, merundingkan jumlah uang gajih untuk seorang pemimpin. Sang aminul umah pun menakar berapa uang yang akan diterima oleh Abu Bakar, sebagai bentuk pemberian untuk pemimpin. Mereka bersepakat.

Waktu berjalan, Abu Bakar mendapatkan uang itu setiap bulan. Istri sang pemimpin ngidam ingin makan manisan.

'Wahai suamiku, saya ingin makan manisan.' sahut sang istri

'Aku tidak punya uang.' timbal sang pemimpin.

'Bila kau tak punya uang, saya akan menyisihkan bertahap uang untuk membeli manisan.' sang istri memperlihatkan solusi

Sang pemimpin terdiam, tanda ia oke atas ajuan sang istri

Hari berganti hari, uang terkumpul untuk sekedar membeli manisan. Sang istri mengatakan uang itu kepada Abu Bakar

'Wahai suamiku, uang sudah terkumpul, pergilah ke pasar dan belikanlah bahan-bahan untuk menciptakan manisan' sang istri memohon kepada pemimpin

'Kejadian ini memebritahuku bahwa uang pemberian yang kuterima ternyata terlalu besar, melebihi kebutuhan kita' Jawab sang pemimpin

Seketika sang pemimpin itu bergegas menuju baitul mal, beliau mengembalikan uang yang dikumpulkan istrinya dan meminta supaya uang tunjangannya segera dikurangi sebanyak uang yang telah dikumpulkan oleh istrinya tersebut.

Hikmah dari cerita di atas:

Kala itu, Abu Bakar As-Sidiq r.a ialah seorang pemimpin muslim seluruh dunia, namun beliau masih berjualan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, beliau tidak meminta uang tunjangan, Umarlah yang menawarinya.

Setelah mendapatkan uang tunjangan, istri tercinta masih harus menunggu beberapa hari untuk membeli sekedar manisan. Namun, sehabis terkumpul dengan susah, Abu Bakar berfikir bahwa uang yang beliau terima terlalu besar, beliau mengembalikan uang tersebut.

Wahai Abu Bakar, engkau ialah pemimpin terbaik, engkau ialah pola tepat seorang pemimpin, tampaknya kau tidak ingin memakan sedikit pun uang rakyatmu, bahkan kau lebih mengutamakan rakyat dibanding cita-cita istri yang sangat kau cintai.

Apa yang ada dalam pikiranmu?, beli saja manisan itu dan istrimu akan merasa senang, hanya manisan, rakyat tidak akan tahu. Namun, kau terlalu takut kepada tuhanmu, kau terlalu cinta kepada rakyatmu atau kau sangat rindu kepada surga. Mungkin kau kini kau sudah ada di sana, terimakasih atas kepemimpinan yang sudah kau contohkan.

Aku masih ingat cerita yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, dari Aisyah r.a, ketika kau gres saja dilantik sebagai pemimpin, kemudian engkau berseru;

Kaumku sudah tahu bahwa uangku dan perdaganganku telah mencukupi semua kebutuhan keluargaku, namun kini saya telah disibukan oleh urusan kekholofahan untuk menuntaskan urusan kaum muslimin. Sehingga tidak ada waktu lagi bagiku untuk berdagang. Maka keperluan keluargaku telah ditetapkan oleh baitul mal.

Saat kau hendak meninggalkan kehidupan yang sementara ini, kau malah berkata kepada anakmu, Aisyah r.a.

Kembalikanlah semua barang-barang keperluanku yang diambil dari baitulmal dan berikanlah barang-barang itu kepada khalifah penggantiku.
'Saat meninggal, Abu Bakar tidak mempunyai dinar atau dirham, kecuali hanya meninggalkan seekor unta betina saja, sebuah mangkuk dan seorang hamba sahaya.' kenang Anas r.a atas kewibawaan pemimpinnya
*****

Apakah kisah Abu Bakar As-Sidiq di atas menginspirasimu?, jikalau benar, tuliskan komentar kau di kolom komentar dan bagikan cerita ide ini di sosial media kesayanganmu.

Sumber http://islamisdam.blogspot.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel