Kisah Umar Bin Khattab Iv : Subuh Terakhir Dalam Hidup Umar


 di Madinah terdapat budak Persia berjulukan Firoz atau Fairuz yang nama keluarganya ialah A Kisah Umar bin Khattab IV : Subuh Terakhir dalam Hidup Umar

Pada tahun 23 Hijriyah atau 644 Masehi, di Madinah terdapat budak Persia berjulukan Firoz atau Fairuz yang nama keluarganya ialah Abu Lu’lu’i atau Abu Lu’lu’ah. Dialah orang yang membunuh Umar. Dalam pelbagai kisah yang menceritakan pembunuhan terhadap khalifah kedua tersebut, nama pembunuh yang kerap digunakan ialah Abu Lu’lu’ah.

Menurut sebagian sumber, motivasi Abu Lu’lu’ah membunuh Umar ialah dendam atas ditaklukkannya Persia oleh pasukan Muslim. Namun, terlepas dari benar tidaknya motivasi tersebut, menurut catatan Syibli Nu’mani, pembunuhan terhadap Umar dilatari duduk masalah pajak.

Sekali waktu, Abu Lu’lu’ah tiba menghadapi khalifah. Ia mengeluhkan pajak yang dibebankan tuannya, Mughirah bin Syubah. Ia meminta kepada Umar untuk mendesak tuannya semoga menurunkan nilai pajak tersebut.

Umar bertanya kepadanya wacana pekerjaan yang ia lakoni. Abu Lu’lu’ah menjawab bahwa ia bekerja sebagai tukang kayu, tukang cat, dan cendekia besi. Menurut Umar, pekerjaan tersebut layak untuk dibebani pajak sebesar yang ia keluhkan.

“Jumlah [pajak] itu tidak banyak dibandingkan dengan pekerjaan yang menguntungkan ini,” kata Umar.

Abu Lu’lu’ah tidak terima dengan balasan itu. Ia pun murka dan merencanakan untuk menghabisi Umar.

Keesokan harinya, Umar pergi ke masjid hendak salat Subuh berjamaah. Di sisi lain, Abu Lu’lu’ah yang Majusi pun pergi ke masjid dengan membawa sebilah belati. Saat Umar mulai mengimami salat Subuh, Abu Lu’lu’ah tiba-tiba menerobos dari belakang dan menghunjamkan belatinya sebanyak enam kali ke badan Umar. Salah satunya mengenai panggul.

Sang khalifah terkapar dan berlumuran darah. Sementara Abu Lu’lu’ah, dalam kondisi terpojok, juga melukai jemaah lain dan kesannya bunuh diri.

Umar kemudian dibawa ke rumah. Ia kemudian bertanya, “Siapa pembunuhku?”

“Firoz,” jawab orang-orang.

“Segala puji bagi Allah bahwa saya tidak dibunuh oleh seorang Muslim!” jawab Umar kembali.

Mulanya kaum Muslimin sedikit terhibur alasannya ialah mereka mengira Umar akan pulih. Namun, ketika tabib yang memeriksanya menunjukkan minuman hangat berupa adonan kurma dan susu yang diberikan kepada khalifah, minuman itu keluar dari luka-lukanya.

Sebelum meninggal, Umar menyuruh anaknya, Abdullah, untuk meminta izin kepada Aisyah, istri Rasulullah, semoga ia dikuburkan disamping makam Rasulullah.

“Aku memiliki pikiran untuk mencadangkan kawasan ini bagi diriku, tetapi hari ini saya mengizinkan Umar didahulukan dari padaku,” ucap Aisyah.

Setelah menerima balasan dari Aisyah, Abdullah buru-buru kembali menemui ayahnya.

“Berita apa yang kamu bawa kepadaku, oh anakku?” tanya Umar.

“Yang dibutuhkan menunjukkan kepuasan kepadamu,” jawab Abdullah.

“Itu ialah keiginanku yang paling besar,” kata Umar.

Pada 25 Zulhijah 23 Hijriyah atau 3 November 644, sempurna hari ini 1374 tahun lalu, Umar bin Khattab, sobat Rasulullah yang semula amat keras menentang Islam dan berbalik menjadi pembela Islam yang gigih itu, kesannya meninggal dunia.

Syibli Nu’mani menerangkan, pemakaman Umar dilakukan oleh Shuhaib bin Sinan, Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqqas, dan Abdurrahman bin Auf yang menurunkan mayit sang khalifah ke liang lahat.

“Dan sang cahaya yang menyinari dunia itu tersembunyi dalam bumi untuk selama-lamanya,” tulis Nu’mani.


Penulis: Irfan Teguh
Editor: Ivan Aulia Ahsan
dikutip dari : tirto.id

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel