Larangan Menshalati Mayat Orang Munafik Dan Memohonkan Ampunan Bagi Kaum Musyrikin

Larangan Menshalati Jenazah Orang Munafik dan Memohonkan Ampunan Bagi Kaum Musyrikin

No. Hadist: 1277

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنِي اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَنَّهُ قَالَ لَمَّا مَاتَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُبَيٍّ ابْنُ سَلُولَ دُعِيَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُصَلِّيَ عَلَيْهِ فَلَمَّا قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَثَبْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتُصَلِّي عَلَى ابْنِ أُبَيٍّ وَقَدْ قَالَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا وَكَذَا أُعَدِّدُ عَلَيْهِ قَوْلَهُ فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ أَخِّرْ عَنِّي يَا عُمَرُ فَلَمَّا أَكْثَرْتُ عَلَيْهِ قَالَ إِنِّي خُيِّرْتُ فَاخْتَرْتُ لَوْ أَعْلَمُ أَنِّي إِنْ زِدْتُ عَلَى السَّبْعِينَ يُغْفَرُ لَهُ لَزِدْتُ عَلَيْهَا قَالَ فَصَلَّى عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ انْصَرَفَ فَلَمْ يَمْكُثْ إِلَّا يَسِيرًا حَتَّى نَزَلَتْ الْآيَتَانِ مِنْ بَرَاءَةٌوَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا إِلَى قَوْلِهِ وَهُمْ فَاسِقُونَ {قَالَ فَعَجِبْتُ بَعْدُ مِنْ جُرْأَتِي عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ وَاللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada saya Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari 'Ubaidullah bin 'Abdullah dari Ibnu 'Abbas dari 'Umar bin Al Khaththab radliallahu 'anhu bahwasanya dia berkata,: "Ketika 'Abdullah bin Ubay bin Salul meninggal dunia, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam diminta untuk menyolatkannya. Ketika Beliau sudah bangun hendak shalat saya hampiri Beliau kemudian saya berkata: "Wahai Rasulullah, apakah anda akan menyolatkan anak Ubay padahal beliau suatu hari pernah menyampaikan begini begini, begini dan begini, (aku mengulang-ulang ucapan bin Ubay yang dahulu pernah dilontarkan kepada Nabi) ". Ternyata Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam malah tersenyum seraya berkata,: "Cukupkanlah ucapanmu dariku wahai 'Umar. Ketika saya terus berbicara kepada Beliau, Beliau berkata,: "Sungguh saya diberi pilihan dan saya menentukan seandainya saya mengetahui bila saya menambah lebih dari tujuh puluh kali permohonan ampun baginya beliau akan diampuni, niscaya saya akan tambah (permohonan ampun baginya) ". 'Umar berkata,: "Maka kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam menyolatkannya sampai selesai, tak usang sesudah Beliau terdiam, turunlah firman Allah subhanahu wata'ala QS At-Taubah ayat 84 yang artinya ("Dan janganlah kau menyolatkan siapa yang mati dari mereka selamanya" sampai ayat "mereka mati dalam keadaan fasiq").

Masjid-masjid di DKI Jakarta mulai memasang spanduk berisikan permintaan untuk tidak menyolatkan kaum muslim yang mendukung penista agama. Pro kontra berdatangan. Media arus utama membingkai informasi ini sedemikian rupa dengan tujuan menyudutkan umat Islam.

Baca Juga

Terkait dengan itu, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) melaksanakan kajian komprehensif atas hal tersebut. Dan hasil telaah organisasi yang bangun pada masa Orde Baru itu dan kerap menerima perlakuan tak adil dari pemerintah ketika itu mensosialisasikan isinya sebagai berikut:


Bismillahirrahmanirrahim

HASIL TELAAH PUSAT KAJIAN DEWAN DA'WAH ISLAMIYAH INDONESIA Nomor: 06/B-MAFATIHA/II/1438/2017


TENTANG
SANKSI AGAMA BAGI PENDUKUNG
PENISTA AGAMA DAN PEMILIH PASANGAN CALON PEMIMPIN NON MUSLIM


Menimbang:

(a). Pentingnya hukuman aturan sebagai pembelajaran sosial, tujuan kemaslahatan umum, memenuhi rasa keadilan, tanggungjawab pelaku perbuatan, menumbuhkan pengaruh jera dan perwujudan ketaatan terhadap syariat;

(b). Bahwa kemunafikan yaitu jalan terburuk kehidupan, perusak iman, merontokkan tatanan ipoleksosbudhankam (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan). Munafik yaitu adik kandung kekufuran dan kemusyrikan, musuh bersama semua agama;

(c) Pentingnya kesatuan dan penyatuan shaf (tauhidus shufuf) kaum muslimin dalam bingkai usaha Islam dan Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia di bawah naungan baldah thayyibah wa rabbun ghafur;

(d) Bahwa pemilihan pasangan pemimpin dalam semua tingkatan yaitu penggalan dari jihad politik, di mana hak pilih dan hak bunyi semestinya disalurkan pada calon terbaik berdasarkan timbangan al-Quran dan as-Sunnah;

(e) Gencarnya upaya sistemik golongan lain melancarkan politik pecah-belah untuk melemahkan kekuatan ummat Islam dengan menghalalkan segala cara.

Mengingat:
(a) Firman Allah سبحانه وتعالى: surah Ali Imran:152 wacana sumber kekalahan kaum muslimin. Surah Hud: 15-16: wacana akhir jelek orang yang menentukan kepentingan duniawi sebagai orientasi perjuangannya. Surah at-Taubah:113-114: wacana larangan bagi Nabi saw dan kaum mu'minin memintakan ampun kepada Allah terhadap orang musyrik. Surah at-Taubah: 80, 84: wacana ditolaknya pertobatan orang munafik dan larangan al-Quran menyolati dan mendoakan mayat orang munafik.

(b) Hadits Nabi صلى الله عليه وسلم :
1. Hadits Abdurrahman bin Jubeir bin Nufeir (ra) yang bertanya pada Ayahnya, “kaifa antum
idzā kharaja fiyhā dā'iyāni, bagaimana sikapmu jikalau sudah tampil da'i standar
ganda (1) Dā'in ilā kitābillāh, dan (2) wa
dā'in ilā sulthānillāh. Pertanyaannya; “ilā ayyumā tujībūn”, da'i mana yang perlu kami dengar.  Ayahnya: “ilā kitābillāh qāla idzan tuhlikuw.” da'i yang mengajak pada kitabullah, jikalau tidak niscaya kalian celaka (Imam Ibnu Abi Hatim, 'Ilalu al-Hadits, Juz 2:424);

2. Hadits Muhajir Ummu Qais (orang yang hijrah alasannya mengejar wanita). Hadits Qatilul-Himar, yaitu  sahabat ikut jihad perang alasannya mengejar ghanimah, ia diseruduk keledai. Hadits Tsalatsatu Dananir, orang yang ikut perang dengan mengajukan bagiannya sebelum
berangkat;

3. Hadits Abu Hurairah (ra) :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:  تعس عبد الدينار وعبد الدرهم وعبد الخميصة إن أعطى رضى وإن لم يعط سخط تعس وانتكس وإذا شيك فلا انتقش  (البخارى، وابن ماجه عن أبى هريرة)
“Celakalah hamba dinar, hamba
dirham, hamba pakaian. Jika diberi ia senang, jikalau tidak diberi ia marah. Celakalah ia dan tersungkurlah ia. Apabila tertusuk duri biar tidak sanggup mencabutnya." Shahih Bukhari  (2730, 4135);

4. Hadits Anas bin Malik (ra): “setiap ada mayat yang mau disholatkan, Nabi saw selalu bertanya: “hal ‘alaa shahibikum daynun, apakah Sahabat kalian ini tersangkut hutang-piutang.”
• Sahabat lain berkata: “huwa ‘alayya, hutangnya saya yang bayar.” Jika tidak, Nabi bersabda: “shalluw ‘alaa shahibikum”, sholati sobat kalian itu.
• HR Thabarani, al-Ausath, hadits hasan;
Mafhum mukhalafahnya: orang yang tidak bayar hutang saja, tidak disholatkan; apalagi yang tingkat kesalahannya berada di atasnya.

(c) Asbab Nuzul surah at-Taubah:84
• Ba‘da Tabuk; Syawal 9 H. Abdullah bin Ubay bin Salul, 1 dari 11 tokoh inisiator masjid Dhirar, wafat (Qs.9:107).  Puteranya, Abdullah –tutur Nafi‘ dari jalur Ibnu Umar (ra)-menemui Nabi saw (1) minta baju  Nabi buat kain kafan Ayahnya, dikasi..fa’a‘thaahu.. tsumma sa’alahu an yushalliya ‘alayh, (2) Minta disholatkan pribadi oleh Nabi saw. Lalu Umar (ra) berdiri, menarik baju Nabi, “an yushalliya ‘alayh; engkau mau menyolatinya wahai Rasulullah. Nabi pun menyolatkannya. Namun, ketika dibibir kuburan, ketika Nabi saw hendak mendoakannya, turun malaikat Jibril dengan at-Taubah:84.” As-Shahihah Syeikh Albani, Juz 3:123;

(d) Sirah Sahabat radhiyallahu'anhum:

• Umar bin Khatthab dan Hudzaifah  Ibnul Yaman (ra), tidak mau menyolati mayat munafik. Zaid bin Wahab meriwayatkan: “seorang dari kaum munafik, meninggal dunia. Hudzaifah Ibnul Yaman (ra) tidak ikut terlihat menyolati jenazah. Umar (ra) bertanya: “lima la tushalli”, Amanil qaumu huwa? Jawab Hudzaifah: “na‘am.” Umar: “Billaahi minhum anaa?”, demi Allah, termasukkah saya dari mereka.  Hudzaifah: “laa, wa lan akhbar bihi ba‘daka.” Setelah ini, saya tidak akan bocorkan daftar mereka.”
• Kitab as-Sunnah, Abu Bakar bin al-Khalal (Juz 4:111);

(e) Fatwa Ahlul-'Ilmi:

1. Fatwa Abu Ishaq as-Syirazi rahimahullah, Kitab al-Muhadzzab (Juz 1:250) wacana larangan menyolati mayat munafik nyata.


2. Fatwa Penyusun Mausu'ah Fiqhiyah Kuwaitiyah (Juz 21:41): "Nabi saw tidak menyolati mayat munafik sesudah turunnya surah at-Taubah: 84, dan tidak mendoakannya di kuburan. Mayat Munafik dilarang disholatkan oleh jamaah yang mengetahui bahwa orang itu benar-benar munafik sewaktu hidupnya. Bagi jamaah yang tidak mengetahuinya, boleh menyolatkan mayat orang itu, menyerupai dilakukan oleh Hudzaifah Ibnul Yaman dan Umar bin Khatthab rafhiyallahu 'anhuma.3. Fatwa Syekh Bin Baz rahimahullah, Grand Mufti Saudi Arabia di zamannya:



• SOAL: “jika mayat itu sudah dikenal sebagai munafik, apakah perlu disholat-jenazahkan?

• JAWAB:

• “Jika kemunafikannya sudah terperinci benderang, laa yushalli ‘alayh; maka ia tidak disholatkan. Berdasarkan firman Allah, at-Taubah:84.

• Jika tanda kemunafikannya, samar. Ia tetap disholatkan. (www.binbaz.org.sa).

Memutuskan/Menetapkan:

(1) Orang yang dengan sadar menentukan pasangan calon Pemimpin dari agama selain Islam dalam suatu pemilihan di semua tingkatan pemilu, termasuk  munafik faktual (nifaq 'amali/nifaq jahran);

(2) Jenazah munafik faktual dilarang disholatkan oleh jamaah yang mengetahui kemunafikannya. Bagi orang yang tidak mengetahuinya, boleh menyolatkan;

(3). Larangan menyolatkan mayat munafik faktual tersebut berlaku bagi semua kaum muslimin, khususnya imam sholat, tokoh dan orang-orang shalih. Adapun mayatnya hanya diurus oleh keluarga yang ditinggal dan kalangan terbatas dari sanak keluarganya;

(4) Sebagai upaya pembelajaran dan pengaruh jera, kami mendorong gerakan masjid-masjid di tanah-air untuk tidak menyolatkan mayat para pendukung penista agama secara khusus dan para pemilih pasangan calon pemimpin non-muslim secara umum;

(5) Menyerukan kepada segenap kaum muslimin/mat untuk tidak memperdulikan seruan, pendapat dan pemikiran yang nyeleneh dari pihak-pihak tertentu yang bertentangan secara diametral dengan al-Quran-Sunnah.

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel