Terapi Nasi Bungkus: Coba Dan Rasakan Khasiatnya..!!
Sudah cukup usang saya tidak menulis di blog ini.
Saya cukup maklum pada diri saya sendiri, karna saya sibuk menjadi orang renta angkat bagi anak kucing yang ditelantarkan ibunya.
Mulanya hanya insan yang suka menelantarkan anaknya, kini kucing pun ikut-ikutan.
Hem.... Dunia memang sudah bobrok guys.
Tapi untunglah masih ada spesies "homo sapiens" yang berpikiran lurus dan melestarikan kebaikan menyerupai saya.
Yang masih mikir kalau "homo sapiens" itu "manusia homo", baca lagi buku sejarah dan biologi kalian.
Ingat..! Saya normal. Tapi memang belum teruji di ITB dan IPB menyerupai layaknya iklan penjernih air selokan yang ada di tv itu.
Tapi itu simpel lah, sesudah saya menikah dan mempunyai anak. Betapa kalian akan kagum dengan "kejantanan" saya. Ha - ha - ha
Tak perlu banyak, jikalau ada satu saja orang baik di muka bumi ini, maka bumi ini masih layak mendapat harapan.
Seperti judul di atas, kali ini saya akan menulis wacana "terapi nasi bungkus".
Wah... Terapi macam apa itu bro..?
Penasaran kan..
Terapi nasi bungkus kalau gak salah pertama kali saya baca di buku yang berjudul "The Power of Kepepet" karya entepreneur sukses "Jaya Setia Budi" sekitar 2 tahun yang kemudian ketika saya mulai resign dari pekerjaan saya sebagai sales dan service diperusahaan retail gadget dan elektronik.
Intinya dari terapi ini yaitu kita membeli beberapa nasi bungkus kemudian membagikannya ke orang-orang di jalan yang kita temui.
Simple banget kan terapinya.
Seperti layaknya terapi, terapi nasi bungkus pun mempunyai banyak manfaat.
Satu manfaat yang pribadi saya rasakan yaitu ketenangan hati.
Jujur ini sudah menjadi rencana saya semenjak dua tahun lalu, semenjak pertama kali saya tau teknik terapi nasi bungkus ini. Namun gres kini terlaksana.
Hati saya menjadi damai karna saya telah menunaikan apa yang menjadi keinginan saya dua tahun yang lalu.
Makara saya otw ke salah satu rumah makan padang favorit saya ketika masih kos ketika Sekolah Menengan Atas dulu.
Niatnya aja terapi nasi bungkus, padahal mah pengecap dan perut pengen reunian dengan nasih padang. Haha.
Iya... Sekalian, saya juga sudah usang sekali tidak makan nasi padang. Terkadang terasa kangen juga dengan "buntelan kolestrol" yang menemani saya ketika masa-masa jaya ketika kos waktu Sekolah Menengan Atas dulu.
Masa-masa jaya..?
Iya.. masa-masa ketika duit kiriman gres datang. Di ketika itulah masa-masa jaya buat anak kos. Haha
Haduh... tiba-tiba jantung saya sakit.
Ini niscaya gara-gara nasi padang yang saya makan tadi. Nah... Lho.. Nyalahin nasi padang. Hehe
Salah sendiri ya.. Udah tau punya kolestrol tinggi masih makan yang berminyak.
Oke, kembali ke pembahasan terapi nasi bungkus tadi.
Makara saya beli 6 nasi ayam dan 1 nasi ikan lele favorit saya.. Iya.. saya sangat suka nasi padang dengan lauk ikan lele dan kuah rendangnya itu lho.. Hmm... Halah..! Malah ngayal. Haha
Setelah semua terbungkus saya pribadi berkeliling dengan motor pemberian dari orang renta saya. Maklum, masih ngerintis bisnis, belum sanggup beli motor sendiri, jadi masih minjem punya orang tua. Jiah.. curcol lagi di sini. :)
Saya pikir akan sulit untuk mencari sasaran untuk di jadikan sasaran dari terapi nasi bungkus ini, tapi teryata simpel sekali. Gak hingga sejam, nasi bungkus sudah ludes habis terbagi.
Pertama saya ketemu mamang becak, jepp... dapet satu sasaran. Terus saya lanjut lagi, eh ketemu mamang rongsokan yang lagi nyebur sungai untuk ngambil botol-botol plastik. Hiks.... Kasian sekali. Sampe segitunya ya cari makan. Saya jadi murung ternyata masih banyak orang yang lebih susah dari saya. Tanpa ragu-ragu, mamang rongsokan ini saya jadikan sasaran operasi terapi nasi bungkus selanjutnya.
Selanjutnya ditengah perjalanan ketemu dengan mamang tukang sapu yang bergaya ninja. Hampir saja saya tidak mengenali kalau itu mamang tukang sapu kalau bukan dari seragam kuningnya. Mamang tukang sapu ini pun menjadi sasaran operasi terapi nasi bungkus yang saya lakukan.
Dan seterusnya... dan seterusnya... Alhasil semua nasi bungkus sudah habis terbagi.
Tinggal nasi ikan lele yang saya sisakan satu untuk saya makan.
Biar terapi nasi bungkus ini tambah afdhol, ketika hingga rumah, pribadi saja saya lahap nasi bungkus terakhir itu hingga habis, dan tak lupa juga saya sisakan untuk anak kucing yang ditelantarkan ibunya tadi. Jiah... Balik ke anak kucing lagi ya.... Hehe
Makara sesudah saya melaksanakan terapi nasi bungkus ini, rasanya hati saya lebih tenang.
Sifat serakah saya juga sedikit menghilang dan juga lebih menghargai hidup karna di luar sana masih banyak orang yang lebih susah dari saya dan mereka tetap fighting untuk tetap bertahan hidup hingga detik terakhir dari hidupnya.
Di sini... di sinilah saya akan turun dan ambil bagian. Saya akan menjadi orang yang akan membantu mereka yang membutuhkan. Seperti layaknya seorang pendekar yang bertopeng. Tapi sayangnya wajah saya tidak tampan, jadi mau pakai atau tidak mau pakai topeng pun sama saja menyerupai menggunakan topeng. Haha.
Oke.. saya rasa hingga di sini dulu pembahasan kita wacana terapi nasi bungkus.
Semua ini bukan bermaksud untuk sombong, tapi ini untuk memotivasi yang lain biar sanggup melaksanakan kebaikan yang sama.
At least yang sanggup mereka lakukan lah, jikalau tidak sanggup memberi, bantu doa saja itu juga termasuk perbuatan baik yang patut kita beri apresiasi.
Jadi, kau mau ikutan coba "terapi nasi bungkus" juga..?
Saran saya, coba dan rasakan sendiri khasiatnya bagi hidup anda..! Sumber http://www.ekokurniady.com/
Saya cukup maklum pada diri saya sendiri, karna saya sibuk menjadi orang renta angkat bagi anak kucing yang ditelantarkan ibunya.
Mulanya hanya insan yang suka menelantarkan anaknya, kini kucing pun ikut-ikutan.
Hem.... Dunia memang sudah bobrok guys.
Tapi untunglah masih ada spesies "homo sapiens" yang berpikiran lurus dan melestarikan kebaikan menyerupai saya.
Yang masih mikir kalau "homo sapiens" itu "manusia homo", baca lagi buku sejarah dan biologi kalian.
Ingat..! Saya normal. Tapi memang belum teruji di ITB dan IPB menyerupai layaknya iklan penjernih air selokan yang ada di tv itu.
Tapi itu simpel lah, sesudah saya menikah dan mempunyai anak. Betapa kalian akan kagum dengan "kejantanan" saya. Ha - ha - ha
Tak perlu banyak, jikalau ada satu saja orang baik di muka bumi ini, maka bumi ini masih layak mendapat harapan.
Seperti judul di atas, kali ini saya akan menulis wacana "terapi nasi bungkus".
Wah... Terapi macam apa itu bro..?
Penasaran kan..
Terapi nasi bungkus kalau gak salah pertama kali saya baca di buku yang berjudul "The Power of Kepepet" karya entepreneur sukses "Jaya Setia Budi" sekitar 2 tahun yang kemudian ketika saya mulai resign dari pekerjaan saya sebagai sales dan service diperusahaan retail gadget dan elektronik.
Intinya dari terapi ini yaitu kita membeli beberapa nasi bungkus kemudian membagikannya ke orang-orang di jalan yang kita temui.
Simple banget kan terapinya.
Seperti layaknya terapi, terapi nasi bungkus pun mempunyai banyak manfaat.
Satu manfaat yang pribadi saya rasakan yaitu ketenangan hati.
Jujur ini sudah menjadi rencana saya semenjak dua tahun lalu, semenjak pertama kali saya tau teknik terapi nasi bungkus ini. Namun gres kini terlaksana.
Hati saya menjadi damai karna saya telah menunaikan apa yang menjadi keinginan saya dua tahun yang lalu.
Makara saya otw ke salah satu rumah makan padang favorit saya ketika masih kos ketika Sekolah Menengan Atas dulu.
Niatnya aja terapi nasi bungkus, padahal mah pengecap dan perut pengen reunian dengan nasih padang. Haha.
Iya... Sekalian, saya juga sudah usang sekali tidak makan nasi padang. Terkadang terasa kangen juga dengan "buntelan kolestrol" yang menemani saya ketika masa-masa jaya ketika kos waktu Sekolah Menengan Atas dulu.
Masa-masa jaya..?
Iya.. masa-masa ketika duit kiriman gres datang. Di ketika itulah masa-masa jaya buat anak kos. Haha
Haduh... tiba-tiba jantung saya sakit.
Ini niscaya gara-gara nasi padang yang saya makan tadi. Nah... Lho.. Nyalahin nasi padang. Hehe
Salah sendiri ya.. Udah tau punya kolestrol tinggi masih makan yang berminyak.
Oke, kembali ke pembahasan terapi nasi bungkus tadi.
Makara saya beli 6 nasi ayam dan 1 nasi ikan lele favorit saya.. Iya.. saya sangat suka nasi padang dengan lauk ikan lele dan kuah rendangnya itu lho.. Hmm... Halah..! Malah ngayal. Haha
Setelah semua terbungkus saya pribadi berkeliling dengan motor pemberian dari orang renta saya. Maklum, masih ngerintis bisnis, belum sanggup beli motor sendiri, jadi masih minjem punya orang tua. Jiah.. curcol lagi di sini. :)
Saya pikir akan sulit untuk mencari sasaran untuk di jadikan sasaran dari terapi nasi bungkus ini, tapi teryata simpel sekali. Gak hingga sejam, nasi bungkus sudah ludes habis terbagi.
Pertama saya ketemu mamang becak, jepp... dapet satu sasaran. Terus saya lanjut lagi, eh ketemu mamang rongsokan yang lagi nyebur sungai untuk ngambil botol-botol plastik. Hiks.... Kasian sekali. Sampe segitunya ya cari makan. Saya jadi murung ternyata masih banyak orang yang lebih susah dari saya. Tanpa ragu-ragu, mamang rongsokan ini saya jadikan sasaran operasi terapi nasi bungkus selanjutnya.
Selanjutnya ditengah perjalanan ketemu dengan mamang tukang sapu yang bergaya ninja. Hampir saja saya tidak mengenali kalau itu mamang tukang sapu kalau bukan dari seragam kuningnya. Mamang tukang sapu ini pun menjadi sasaran operasi terapi nasi bungkus yang saya lakukan.
Dan seterusnya... dan seterusnya... Alhasil semua nasi bungkus sudah habis terbagi.
Tinggal nasi ikan lele yang saya sisakan satu untuk saya makan.
Biar terapi nasi bungkus ini tambah afdhol, ketika hingga rumah, pribadi saja saya lahap nasi bungkus terakhir itu hingga habis, dan tak lupa juga saya sisakan untuk anak kucing yang ditelantarkan ibunya tadi. Jiah... Balik ke anak kucing lagi ya.... Hehe
Makara sesudah saya melaksanakan terapi nasi bungkus ini, rasanya hati saya lebih tenang.
Sifat serakah saya juga sedikit menghilang dan juga lebih menghargai hidup karna di luar sana masih banyak orang yang lebih susah dari saya dan mereka tetap fighting untuk tetap bertahan hidup hingga detik terakhir dari hidupnya.
Di sini... di sinilah saya akan turun dan ambil bagian. Saya akan menjadi orang yang akan membantu mereka yang membutuhkan. Seperti layaknya seorang pendekar yang bertopeng. Tapi sayangnya wajah saya tidak tampan, jadi mau pakai atau tidak mau pakai topeng pun sama saja menyerupai menggunakan topeng. Haha.
Oke.. saya rasa hingga di sini dulu pembahasan kita wacana terapi nasi bungkus.
Semua ini bukan bermaksud untuk sombong, tapi ini untuk memotivasi yang lain biar sanggup melaksanakan kebaikan yang sama.
At least yang sanggup mereka lakukan lah, jikalau tidak sanggup memberi, bantu doa saja itu juga termasuk perbuatan baik yang patut kita beri apresiasi.
Jadi, kau mau ikutan coba "terapi nasi bungkus" juga..?
Saran saya, coba dan rasakan sendiri khasiatnya bagi hidup anda..! Sumber http://www.ekokurniady.com/