Orang Yang Cerdas Ialah Orang Yang Mengingat Kematian
Kematian akan menyapa siapa pun, baik ia seorang yang shalih atau durhaka, seorang yang turun ke medan perang ataupun duduk membisu di rumahnya, seorang yang menginginkan negeri alam abadi yang awet ataupun ingin dunia yang fana, seorang yang bersemangat meraih kebaikan ataupun yang lalai dan malas-malasan. Semuanya akan menemui kematian bila telah hingga ajalnya.
Kematian ialah diam-diam yang hanya diketahui oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Kita tidak tahu kapan kita akan mati, bagaimana keadaan kita ketika mati, mengapa kita mati. Karena semua yang hidup niscaya akan mati. Seperti tercantum dalam Firman Allah subhanahu wa ta’ala, “Tiap-tiap yang bernyawa akan mencicipi mati. Dan bahwasanya pada hari final zaman sajalah disempurnakan pahala kalian”. (Surat Ali `Imran: 185).
Sahabat sekalian, bila kita ditanya "kapan lahir?"
Maka dengan cepat tanpa berpikir terlebih dahulu kebanyakan dari kita akan pribadi menjawab tanggal sekian, bulan sekian, tahun sekian.
Tetapi sebaliknya jikalau seandainya kita ditanya "kapan mati?"
Sudah niscaya tidak ada yang dapat menjawabnya kapan.
Kita dapat mengingat kapan kita lahir, seharusnya kita juga harus dapat mengingat kapan mati. Walaupun tidak tahu waktunya, justru alasannya tidak tahu kita harus lebih dapat untuk mengingatnya.
Mungkin diantara kita,
ada yang ibunya telah tiada
atau mungkin bapaknya
atau mungkin kakaknya
atau mungkin adiknya
atau mungkin...
Hingga pada saatnya tibalah giliran kita!
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259)
Kita semua niscaya percaya adanya kematian, sudahkah kita cerdas untuk menyiapkannya?
Kita semua niscaya percaya adanya surga, sudahkah kita berusaha maksimal untuk menggapainya?
Kita semua niscaya percaya adanya neraka, sudahkah kita berusaha maksimal untuk menghindarinya?
Semoga kita semua menentukan untuk menjadi mukmin yang cerdas dengan selalu mengingat kematian dan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menyongsongnya.
Allahu a'lam bishawab.