Inilah 4 Pesan Yang Tersirat Di Balik Puasa Ramadhan


 Ramadhan merupakan bulan yang mengandung peluang emas untuk bertaubat kepada Allah SWT Inilah 4 Hikmah di Balik Puasa Ramadhan

Ramadhan merupakan bulan yang mengandung peluang emas untuk bertaubat kepada Allah SWT. Barang siapa yang bersungguh-sungguh dalam berpuasa di bulan ini, maka Allah akan mengampuni segenap dosanya, sehingga ia diumpamakan bagai bayi yang gres  lahir.

Berikut yakni beberapa pesan tersirat di balik puasa Ramadhan yang kami sarikan dari beberapa kalam ulama. Semoga bermanfaat.

Baca Juga

1. Menggapai Derajat Takwa

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kau berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kau biar kau bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183). 

Ayat ini memperlihatkan bahwa di antara pesan tersirat puasa yakni biar seorang hamba sanggup menggapai derajat takwa dan puasa yakni alasannya yakni meraih derajat yang mulia ini. Hal ini dikarenakan dalam puasa, seseorang akan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya. Inilah pengertian takwa. Bentuk takwa dalam puasa sanggup kita lihat dalam banyak sekali hal berikut.

Pertama, orang yang berpuasa akan meninggalkan setiap yang Allah larang saat itu yaitu beliau meninggalkan makan, minum, berjima’ dengan istri dan sebagainya yang bahwasanya hati sangat condong dan ingin melakukannya. Ini semua dilakukan dalam rangka taqorrub atau mendekatkan diri pada Allah dan meraih pahala dari-Nya. Inilah bentuk takwa.

Kedua, orang yang berpuasa bahwasanya bisa untuk melaksanakan kesenangan-kesenangan duniawi yang ada. Namun beliau mengetahui bahwa Allah selalu mengawasi diri-Nya. Ini juga salah bentuk takwa yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah.

Ketiga, saat berpuasa, setiap orang akan semangat melaksanakan amalan-amalan ketaatan. Dan ketaatan merupakan jalan untuk menggapai takwa. Inilah sebagian di antara bentuk takwa dalam amalan puasa.

2. Hikmah di Balik Meninggalkan Syahwat dan Kesenangan Dunia

Di dalam berpuasa, setiap muslim diperintahkan untuk meninggalkan banyak sekali syahwat, makanan dan minuman. Itu semua dilakukan lantaran Allah. Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

“Dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku”.

Di antara pesan tersirat meninggalkan syahwat dan kesenangan dunia saat berpuasa adalah:

Pertama, sanggup mengendalikan jiwa. Rasa kenyang lantaran banyak makan dan minum, kepuasan saat bekerjasama dengan istri, itu semua biasanya akan menciptakan seseorang lupa diri, kufur terhadap nikmat, dan menjadi lalai. Sehingga dengan berpuasa, jiwa pun akan lebih dikendalikan.

Kedua, hati akan menjadi sibuk memikirkan hal-hal baik dan sibuk mengingat Allah. Apabila seseorang terlalu tersibukkan dengan kesenangan duniawi dan terbuai dengan makanan yang beliau lahap, hati pun akan menjadi lalai dari memikirkan hal-hal yang baik dan lalai dari mengingat Allah. Oleh lantaran itu, apabila hati tidak tersibukkan dengan kesenangan duniawi, juga tidak disibukkan dengan makan dan minum saat berpuasa, hati pun akan bercahaya, akan semakin lembut, hati pun tidak mengeras dan akan semakin gampang untuk tafakkur (merenung) serta berdzikir pada Allah.

Ketiga, dengan menahan diri dari banyak sekali kesenangan duniawi, orang yang berkecukupan akan semakin tahu bahwa dirinya telah diberikan nikmat begitu banyak dibanding orang-orang fakir, miskin dan yatim piatu yang sering mencicipi rasa lapar. Dalam rangka mensyukuri nikmat ini, orang-orang kaya pun gemar mengembangkan dengan mereka yang tidak mampu.

Keempat, dengan berpuasa akan mempersempit jalannya darah. Sedangkan setan berada pada jalan darahnya manusia. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ

“Sesungguhnya setan mengalir dalam diri insan pada kawasan mengalirnya darah.”
Makara puasa sanggup menenangkan setan yang seringkali memperlihatkan was-was. Puasa pun sanggup menekan syahwat dan rasa marah. Oleh lantaran itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakibatkan puasa sebagai salah satu obat mujarab bagi orang yang mempunyai cita-cita untuk menikah namun belum kesampaian.

3. Mulai Beranjak Menjadi Lebih Baik

Di bulan Ramadhan tentu saja setiap muslim harus menjauhi banyak sekali macam maksiat biar puasanya tidak sia-sia, juga biar tidak mendapat lapar dan dahaga saja. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun beliau tidak mendapat dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.”

Puasa menjadi sia-sia mirip ini disebabkan bulan Ramadhan masih diisi pula dengan banyak sekali maksiat. Padahal dalam berpuasa seharusnya setiap orang berusaha menjaga lisannya dari rasani orang lain (baca: ghibah), dari banyak sekali perkaataan maksiat, dari perkataan dusta, perbuatan maksiat dan hal-hal yang sia-sia.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang beliau tahan.”

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa yakni dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, saya sedang puasa”. 

Lagwu yakni perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah. Sedangkan rofats yakni istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada perempuan atau sanggup pula bermakna kata-kata kotor.

Oleh lantaran itu, saat keluar bulan Ramadhan seharusnya setiap insan menjadi lebih baik dibanding dengan bulan sebelumnya lantaran beliau sudah ditempa di madrasah Ramadhan untuk meninggalkan banyak sekali macam maksiat. Orang yang dulu malas-malasan shalat 5 waktu seharusnya menjadi sadar dan rutin mengerjakannya di luar bulan Ramadhan. Juga dalam duduk kasus shalat Jama’ah bagi kaum pria, hendaklah pula sanggup dirutinkan dilakukan di masjid sebagaimana rajin dilakukan saat bulan Ramadhan. Begitu pula dalam bulan Ramadhan banyak perempuan muslimah yang berusaha memakai jilbab yang menutup diri dengan sempurna, maka di luar bulan Ramadhan seharusnya hal ini tetap dijaga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

“(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah yakni amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.”

Ibadah dan amalan ketaatan bukanlah mirip bunga yang mekar pada waktu tertentu saja. Jadi, ibadah shalat 5 waktu, shalat jama’ah, shalat malam, gemar berinfak dan berbusana muslimah, bukanlah jadi ibadah musiman. Namun sudah seharusnya di luar bulan Ramadhan juga tetap dijaga. Para ulama seringkali mengatakan, “Sejelek-jelek kaum yakni yang mengenal Allah (rajin ibadah, -pen) hanya pada bulan Ramadhan saja.”

Ingatlah pula pesan dari Ka’ab, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan lantas terbetik dalam hatinya bahwa sesudah lepas dari Ramadhan akan berbuat maksiat pada Rabbnya, maka sungguh puasanya itu tertolak (tidak bernilai apa-apa).”

4. Kesempatan untuk Saling Berkasih Sayang dengan Si Miskin dan Merasakan Penderitaan Mereka

Puasa akan mengakibatkan seseorang lebih mencintai si miskin. Karena orang yang berpuasa pasti mencicipi penderitaan lapar dalam sebagian waktunya. Keadaan ini pun ia rasakan begitu lama. Akhirnya ia pun bersikap lemah lembut terhadap sesama dan berbuat baik kepada mereka. Dengan alasannya yakni inilah ia mendapat jawaban melimpah dari sisi Allah.

Begitu pula dengan puasa seseorang akan mencicipi apa yang dirasakan oleh orang-orang miskin, fakir, yang penuh kekurangan. Orang yang berpuasa akan mencicipi lapar dan dahaga sebagaimana yang dirasakan oleh mereka-mereka tadi. Inilah yang mengakibatkan derajatnya meningkat di sisi Allah.

Inilah beberapa pesan tersirat syar’i yang luar biasa di balik puasa Ramadhan. Oleh lantaran itu, para salaf sangatlah merindukan bertemu dengan bulan Ramadhan biar memperoleh hikmah-hikmah yang ada di dalamnya. Sebagian ulama mengatakan, “Para salaf biasa berdoa kepada Allah selama 6 bulan biar sanggup berjumpa dengan bulan Ramadhan. Dan 6 bulan sisanya mereka berdoa biar amalan-amalan mereka diterima”.


Hikmah Puasa yang Keliru

Adapun pesan tersirat puasa yang biasa sering dibicarakan sebagian kalangan bahwa puasa sanggup menyehatkan tubuh (seperti sanggup menurunkan bobot tubuh, mengurangi resiko stroke, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi resiko diabetes), maka itu semua yakni pesan tersirat ikutan saja dan bukan pesan tersirat utama. Sehingga hendaklah seseorang meniatkan puasanya untuk mendapat pesan tersirat syar’i terlebih dahulu dan janganlah beliau berpuasa hanya untuk mengharapkan nikmat sehat semata. Karena jikalau niat puasanya hanya untuk mencapai kenikmatan dan kemaslahatan duniawi, maka pahala melimpah di sisi Allah akan sirna walaupun beliau akan mendapat nikmat dunia atau nikmat sehat yang beliau cari-cari.
Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ

“Barang siapa yang menghendaki laba di alam abadi akan Kami tambah laba itu baginya dan barang siapa yang menghendaki laba di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari laba dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy Syuraa: 20)

Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Orang yang gemar berbuat riya’ akan diberi jawaban kebaikan mereka di dunia. Mereka sama sekali tidak akan dizholimi. Namun ingatlah, barangsiapa yang melaksanakan amalan puasa, amalan shalat atau amalan shalat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka jawaban dari Allah: “Allah akan memperlihatkan baginya dunia yang beliau cari-cari. Akan tetapi, amalannya akan lenyap di alam abadi nanti lantaran mereka hanya ingin mencari laba dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-orang yang merugi”.

Sehingga yang benar, puasa harus dilakukan dengan niat tulus untuk mengharap wajah Allah. Sedangkan nikmat kesehatan, itu hanyalah pesan tersirat ikutan saja dari melaksanakan puasa, dan bukan tujuan utama yang dicari-cari. Jika seseorang berniat tulus dalam puasanya, pasti nikmat dunia akan tiba dengan sendirinya tanpa beliau cari-cari. Ingatlah selalu nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ 

عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ

“Barangsiapa yang niatnya yakni untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memperlihatkan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan beliau peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya yakni untuk menggapai dunia, maka Allah akan mengakibatkan beliau tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak beliau peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.”

Adapun hadits yang mengatakan,  صُوْمُوْا تَصِحُّوْا

“Berpuasalah, pasti kalian akan sehat.” Perlu diketahui bahwa hadits semacam ini yakni hadits yang lemah (hadits dho’if) berdasarkan ulama pakar hadits.

Semoga kita bisa menarik pesan tersirat berharga di balik puasa kita di bulan penuh kebaikan, bulan Ramadhan.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber: www.muslim.or.id

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel