Motivasi Menghafal Al Quran yang Harus Kamu Baca!


 Siapakah diantara kita yang tidak ingin menjadi seorang hafidz Al Quran Motivasi Menghafal Al Quran yang Harus Kamu Baca!
Motivasi Menghafal Al Quran – Siapakah diantara kita yang tidak ingin menjadi seorang hafidz Al Quran? Tentu saja! Menjadi seorang hafidz Al Quran adalah cita-cita yang sangat kita dambakan. 

Kita mengetahui bahwa Allah akan memberikan pahala yang sangat besar bagi mereka yang mau menjaga kalam-Nya di dalam hati. 

Selain itu Allah juga sangat mencintai seorang penghafal Quran serta menjadikannya sebagai keluarga dan kekasih-Nya. 

Bahkan seorang penghafal Al Quran akan diberikan kesempatan khusus dihari kiamat untuk membaca ayat-ayat yang pernah dihafalkannya ketika di dunia lalu ia akan menaiki derajat demi derajat surga disetiap ayat yang dibacanya. Lalu ia akan bertempat pada ayat terakhir yang ia baca.

Mengapa Kita Menghafal Al Quran?

Mungkin terkadang diantara kita ada yang bertanya,.. :
  • Buat apa Al Quran dihafal dan dijaga di dalam hati?
  • Bukankah saat ini sudah ada mushaf yang memudahkan kita untuk membacanya?
  • Kalau sudah ada mushaf tak perlu repot lagi menghafal, kan?
Sebelum saya jawab pertanyaan itu ada baiknya kita simak kisah bagaimana Al Quran di turunkan. Berikut kisahnya :

Pada mulanya Al Quran diajarkan pertama kali oleh malaikat Jibril 'alaihis salam kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam di gua hira’.  

Berdasarkan hadits yang dinukil dari kitab shahih Al-Bukhari, surat yang pertama kali diajarkan kepada beliau adalah surat Al-‘Alaq. Beliau diajarkan Al Quran langsung oleh malaikat Jibril ketika sedang bertahannuts di gua hira’. Di saat itulah beliau diangkat menjadi seorang Nabi.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, bahwa Aisyah Ummul Mukminin menuturkan :

أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الخَلاَءُ، وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ - وَهُوَ التَّعَبُّدُ - اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ العَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ، وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا، حَتَّى جَاءَهُ الحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ، فَجَاءَهُ المَلَكُ فَقَالَ: اقْرَأْ، قَالَ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، قَالَ: " فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، قُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، فَقُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: {اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ} [العلق: 2] الحديث

Pertama kali wahyu yang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh Kemudian Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri. 

Lalu Beliau memilih gua Hiro dan bertahannuts yaitu ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna  mempersiapkan bekal untuk bertahannuts kembali. 

Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai akhirnya datanglah Al-Haq saat Beliau berada di gua Hiro, Malaikat datang seraya berkata : “Bacalah!”

Beliau menjawab : “Aku tidak bisa baca”

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan (padaku) :

Lalu Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat  kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi : “Bacalah!” 

Beliau menjawab : “Aku tidak bisa baca”

Maka Malaikat itu memegangku  dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi : “Bacalah!”

Beliau menjawab : “Aku tidak bisa baca”

Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku, dan berkata lagi : (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah).”

Kemudian pada kisah selanjutnya yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنَ السَّمَاءِ، فَرَفَعْتُ بَصَرِي، فَإِذَا المَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، فَرُعِبْتُ مِنْهُ، فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ: زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي " فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا المُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنْذِرْ} [المدثر: 2] إِلَى -[8]- قَوْلِهِ {وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ} [المدثر: 5]. فَحَمِيَ الوَحْيُ وَتَتَابَعَ تَابَعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، وَأَبُو صَالِحٍ، وَتَابَعَهُ هِلاَلُ بْنُ رَدَّادٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، وَقَالَ يُونُسُ، وَمَعْمَرٌ بَوَادِرُهُ

Suatu ketika, saat aku sedang berjalan aku mendengar suara dari langit, aku memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah datang kepadaku di gua Hiro, ia duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan  dan  pulang, dan berkata: “Selimuti aku. Selimuti aku”. 

Maka Allah Ta'ala menurunkan wahyu: (Wahai orang yang berselimut) sampai ayat (dan berhala-berhala tinggalkanlah). Sejak saat itu wahyu terus turun berkesinambungan.

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abdullah bin Yusuf dan Abu Shalih juga oleh Hilal bin Raddad dari Az Zuhri. Dan Yunus berkata; dan Ma'mar menyepakati bahwa dia mendapatkannya dari Az Zuhri.

Al Quran diajarkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam secara langsung oleh Jibril ‘alaihissalam

Hikmah Kisah

Tahukah Anda hikmah apa yang bisa kita ambil dari kisah tersebut..? 

Ya! Telah kita ketahui bersama bahwa tenyata Al Quran tidak diturunkan dengan wujud mushaf sebagaimana yang kita pegang saaat ini. 

Justru, Al Quran diajarkan kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam dengan cara talaqqi. Hal ini menunjukkan bahwa ashluttalaqqi atau cara asli belajar Al Quran adalah dengan menghafalkannya.

Selain itu, Al Quran juga diturunkan secara berangsur-angsur. Al-Quran tidak diturunkan sekaligus secara sempurna dalam satu waktu. Hal ini bertujuan agar Allah dapat menetapkan Al Quran di dalam hati beliau

Lagi-lagi, hal ini juga menunjukkan bahwa Al Quran memang lebih utama untuk dijaga di dalam hati setiap mukmin. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا

Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (Q.S Al-furqan : 32)

Al Quran tidak diturunkan dalam wujud tulisan dalam mushaf. Ini menunjukkan menghafal adalah cara asli belajar Al Quran.

Menghafal Al Quran itu Mudah!

Banyak yang beranggapan bahwa hafal Al Quran dengan sempurna adalah perkara yang sulit. Dikala kita berkeinginan hafal Al Quran 30 juz terkadang masih terbesit di dalam hati “Mungkinkah saya menjadi seorang penghafal Quran?”

Jawabannya tentu saja iya! Dan sama sekali tidak mustahil!

Al Quran adalah firman Allah yang tidak ada keraguan di dalamnya. Allah sendiri telah menjamin bahwa Al Quran adalah kitab Allah yang paling mudah untuk dijadikan peringatan dan paling mudah dihafalkan. 

Allah ‘azza wa jalla berfirman :

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا القُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S Al-qomar : 16)

فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنذِرَ بِهِ قَوْمًا لُّدًّا

Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Q.S Maryam : 97) 

Tidak sulit! Justru Al Quran mudah dihafalkan!

Apakah Al Quran Berbohong?

Berdasarkan fakta yang ada, tidak ada satupun dari kitab Allah yang bisa dihafal dengan sempurna kecuali kitab Al Quran. 

Namun permasalahannya adalah, mengapa diantara kita masih ada yang kesulitan menghafal dan mempelajari al-Quran? Apakah firman Allah tentang mudahnya menghafal Quran tersebut adalah suatu kebohongan?

Jawabannya tentu saja tidak!

Kita perlu mengetahui bahwa menghafal Al Quran itu mudah hanya bagi mereka yang mau dan bersungguh-sungguh menghafalkan dan menjadikannya sebagai peringatan. 

Al Quran bukan diperuntukkan orang yang tidak mau menghafalkannya apalagi menjadikannya sebagai peringatan

Allah hanya memudahkan Al Quran bagi orang-orang yang memang diciptakan untuk menjaga Al Quran. Dan mereka yang mau menghafalkan Al Quran adalah orang yang memang diciptakan Allah untuk menjaga Al Quran.

Keinginan menghafal Al Quran bukan hanya sekedar kemauan yang ada di dalam hati. Akan tetapi, kemauan adalah adanya keinginan yang besar di dalam hati yang kemudian diwujudkan dengan tindakan yang nyata. 

Apabila tidak ada tindakan nyata, bagaimana mungkin keinginan menjadi seorang hafidz Al Quran bisa terwujud?

Al Quran hanya mampu dihafal bagi mereka yang berkeinginan kuat untuk menghafalkannya dan mewujudkan keinginannya dengan tindakan nyata

Hafal Quran Hanya Bagi Mereka yang Sudah Ditakdirkan?

Banyak yang beranggapan bahwa orang yang sudah hafal Al Quran adalah orang yang memang sudah ditakdirkan hafal Al Quran oleh Allah. Anggapan tersebut memang benar. Tetapi sebelum menelusuri lebih dalam, ada baiknya kita perhatikan hadits-hadits berikut ini :

عَنْ عِمْرَانَ، قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فِيمَا يَعْمَلُ العَامِلُونَ؟ قَالَ: كُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ

dari Imran ia berkata, Aku bertanya, “Wahai Rasulullah buat apa orang-orang beramal? (kalau memang masing-masing sudah ditakdirkan tempatnya di akhirat kelak)” 

Beliau menjawab: “Setiap orang akan dimudahkan (menuju jalan) penciptaannya (HR. Bukhari)

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّهُ كَانَ فِي جَنَازَةٍ فَأَخَذَ عُودًا فَجَعَلَ يَنْكُتُ فِي الأَرْضِ، فَقَالَ: مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ أَوْ مِنَ الجَنَّةِ، قَالُوا: أَلاَ نَتَّكِلُ؟ قَالَ: اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ، {فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى}

Dari Ali radliyallahu'anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa suatu kali beliau menghadiri jenazah, kemudian beliau ambil dahan dan beliau pukulkan ke tanah secara ringan sambil beliau sabdakan: 

Tidaklah salah seorang di antara kalian melainkan telah ditetapkan tempat  tinggalnya di neraka atau di surga.” 

Para sahabat bertanya, “Kalau begitu, tidakkah sebaiknya kita bertawakkal saja?” 

Nabi menjawab: “Beramallah kalian, sebab masing-masing telah dimudahkan (untuk mengamalkan apa yang telah ditakdirkan untuknya), dan beliau mengutip ayat: “{Adapun orang yang memberi hartanya dan bertakwa}(HR. Bukhari)

Dari hadits-hadits tersebut kita mengetahui bahwa Allah telah menetapkan siapa yang akan dijadikan penghuni surga dan siapa yang akan dijadikan penghuni neraka. 

Hal ini menjadikan para sahabat berkata “Kalau sudah demikian lalu buat apa kita beramal?” seakan akan mereka mengatakan “Tak perlulah beramal dan cukuplah kita bertawakkal, toh tempat setiap manusia di akhirat sudah ditentukan oleh Allah.”

Meskipun demikian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tetap memerintahkan para sahabat untuk beramal. Hal ini dikarenakan Allah sudah memudahkan jalan penghuni surga untuk mengamalkan amalan-amalan yang mengantarkan mereka menuju surga. 

Sebaliknya, Allah juga telah memudahkan jalan penghuni neraka untuk mengamalkan amalan-amalan yang mengantarkan mereka menuju neraka.

Begitu pula dengan hafal Al Quran..!

Apabila seseorang sudah ditakdirkan menjadi penghafal Al Quran maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menjadi seorang penghafal Al Quran. 

Namun, apabila seseorang sudah ditakdirkan tidak akan menjadi penghafal Al Quran maka Allah akan memudahkan jalannya untuk tidak menjadi penghafal Al Quran.

Terlepas dari ketentuan Allah, tugas kita hanyalah menghafal walaupun terus-menerus merasa kesulitan. 

Kesulitan yang kita terima bukan berarti menunjukkan bahwa kita tidak ditakdirkan sebagai penghafal Al Quran. Akan tetapi hendaknya kita berhusnudzon, barangkali Allah mencoba seberapa besar kesungguhan kita untuk menjadi seorang penghafal Al Quran.

Selain itu kita juga harus berprasangka baik, yakni barangkali Allah akan menjadikan kita sebagai penghafal Al Quran melalui kesulitan tersebut. Karena dengan adanya kesulitan tersebut mudah-mudahan hal itu merupakan isyarat dari Allah bahwa kita sedang dimudahkan menjadi penghafal Al Quran. 

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا .إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S Al-insyirah : 4-5)

Tugas kita hanyalah menghafal. Bukan memikirkan apakah kita termasuk yang ditakdirkan hafal Quran secara sempurna ataukah tidak.

Akhir Kata

Dengan adanya kita menjumpai kesulitan dalam menghafal al-Quran, justru Allah sedang menyandingkan kemudahan yang sebenarnya sering tidak kita sadari. 

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah sendiri dalam surat Al Insyirah, bahwa Allah meletakkan kemudahan setelah adanya kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa kemudahan tidaklah diraih kecuali dengan mengalami kesulitan terlebih dahulu.

Namun sayangnya, tak jarang orang yang menyerah ditengah jalan hanya karena melihat satu sisi kesulitannya saja. Hal ini dikarenakan ia tak melihat sisi kemudahan yang sebenarnya akan diberikan oleh Allah setelah melalui masa sulit.

Allah telah memudahkan seorang hambanya pada sesuatu yang telah diciptakan untuknya. Apabila kita menjumpai kesulitan dalam proses menghafal Al Quran maka hendaklah kita yakin bahwa kesulitan itu merupakan bentuk kemudahan yang diberikan oleh Allah agar kita dijadikan seorang penghafal Al Quran. 

Tugas kita hanyalah terus menghafal dan menghafal. Toh seandainya tidak hafalpun kita tetap mendapatkan ridha dan pahala dari Allah. 

Ingatlah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan pahalanya orang-orang yang beramal shalih..!!
HAFALKANLAH AL QURAN WALAUPUN TAK HAFAL-HAFAL!
Oleh : Adam Rizkala

Sumber https://www.nasehatquran.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel