Iman
IMAN
Allah ta’ala telah mewajibkan atas seorang muslim -selain beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya serta rukun-rukun Islam- beriman kepada malaikat-malaikat-Nya [1], kitab-kitab-Nya [2] yang Dia turunkan kepada para Rasul yang Dia tutup dengan Al Qur’an.
Dengan Al Qur’an Allah telah menghapus kitab-kitab sebelumnya dan menyebabkan Al Qur’an sebagai pemelihara semua kitab-kitab tersebut.
Juga mewajibkan beriman kepada para utusan Allah dari yang pertama sampai paling akhir, yaitu: Muhammad r alasannya ialah risalah (misi) mereka satu dan agama mereka satu, yaitu: Islam. Dan yang mengutus merekapun satu, yaitu: Allah Rabb semesta alam. Seorang muslim wajib beriman kepada para Rasul yang Allah sebutkan dalam Al Qur’an sebagai rasul-rasul Allah kepada umat-umat dahulu. Dan wajib beriman kepada Muhammad sebagai epilog para rasul sekaligus utusan Allah kepada seluruh insan dan insan sehabis diutus dia ialah umatnya termasuk orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama-agama yang lain. Karena semua orang yang ada di muka bumi merupakan umat Muhammad yang mendapat keharusan dari Allah untuk mengikutinya.
Musa, Isa dan seluruh para rasul berlepas diri dari siapa saja yang tidak mau mengikuti Muhammad dan tidak mau masuk Islam. Karena seorang muslim mengimani seluruh rasul dan mengikuti ajaran mereka. Dan siapa yang tidak beriman kepada Muhammad dan tidak mau mengikutinya serta tidak mau masuk Islam berarti ia kafir terhadap seluruh rasul dan mendustakan mereka kendati ia mengaku pengikut salah seorang dari rasul-rasul itu.
Dalil-dalil dari firman Allah mengenai hal itu telah disebutkan pada penggalan dua. Rasul r bersabda dalam haditsnya :
(( وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ أَوْ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ )) رواه مسلم.
“Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya tidak ada seorangpun dari umat ini baik Yahudi maupun Kristen yang mendengar perihal diriku kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman kepada apa yang aku bawa, melainkan ia ialah penghuni neraka.” (HR. Muslim).
Selain itu seorang muslim wajib beriman akan adanya kebangkitan sehabis mati, hisab (penghitungan amal), pembalasan, nirwana dan neraka. Demikian pula ia wajib beriman kepada takdir Allah ta’ala.
Makna kepercayaan kepada takdir :
Seorang muslim meyakini bahwa Allah ta’ala telah mengetahui segala sesuatu dan mengetahui semua perbuatan hamba sebelum diciptakan-Nya langit dan bumi. Lalu Allah menulis ilmu itu di Lauh mahfudz di sisi-Nya.
Seorang muslim sadar bahwa apa yang Allah kehendaki niscaya terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi. Ia sadar bahwa Allah ta’ala membuat hamba dalam rangka mentaati-Nya dan telah Allah terangkan hal itu kepada mereka. Allah perintahkan hal itu kepada mereka dan melarang mereka bermaksiat kepada-Nya. Allah juga menunjukan kepada mereka bahwa Dia telah membuat bagi mereka qudrah (kemampuan) dan masyi`ah (kehendak) yang menyebabkan mereka bisa untuk menjalankan perintah-perintah Allah sehingga mereka memperoleh pahala sekaligus bisa berbuat maksiat sehingga mereka berhak mendapat siksa.
Masyi`ah (kehendak) hamba mengikut masyi`ah (kehendak) Allah ta’ala. Adapun takdir yang Allah tidak ciptakan bagi hamba-Nya kehendak dan ikhtiyar (kemauan sendiri) dalam takdir tersebut namun Allah memberlakukannya kepada hamba kendati ada iradah (kemauan) dari mereka, seperti; kesalahan tak sengaja, lupa dan pekerjaan yang terpaksa dilakukan, juga seperti; kefaqiran, sakit dan petaka dan sebagainya, maka Allah tidak akan menghisab ataupun menjatuhkan eksekusi kepada insan terhadap hal itu. Bahkan Allah memberinya ganjaran dengan pahala yang besar atas petaka yang menimpa, kefaqiran dan sakit kalau ia sabar dan ridha dengan takdir Allah. Semua yang telah diterangkan ini wajib bagi seorang muslim mengimaninya.
Kaum muslimin yang paling besar keimanannya kepada Allah, paling bersahabat kepada-Nya serta paling tinggi derajatnya di nirwana ialah muhsinin (orang-orang yang berbuat ihsan/kebajikan), yaitu mereka yang beribadah kepada Allah, mengagungkan-Nya serta khusyu’ di hadapan-Nya seolah-olah mereka melihat-Nya. Mereka tidak bermaksiat kepada Allah baik dikala sendirian maupun dalam keramaian. Mereka meyakini bahwa Allah melihat mereka dimanapun mereka berada dan tidak ada sedikitpun dari perbuatan, perkataan dan niat mereka yang tersembunyi dari Allah. Sehingga mereka mentaati perintah-Nya dan meninggalkan maksiat kepada-Nya. Jika suatu dosa dilakukan, maka ia segera bertaubat kepada Allah dengan sungguh-sungguh, meratapi kesalahannya kemudian meminta ampun kepada Allah dan tidak mengulanginya kembali.
Allah ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat ihsan (kebaikan).” (QS. An nahl : 128).
[1] Malaikat ialah arwah yang dicaptakan Allah dari cahaya, jumlah mereka sangat banyak tidak terhitung, diantara mereka ada yang tinggal di langit dan ada yang di bumi.
[2] Seorang muslim mempercayai bahwa semua kitab yang diturunkan Allah kepada para Rasul ialah benar, dan tidak ada yang masih orisinil kecuali Al quran, adapun Taurat dan Alkitab yang kini berada di tangan orang Yahudi dan Kristen ialah karangan para pendeta mereka, buktinya: satu sama lain saling berbeda, juga terdapat di dalamnya perihal trinitas, padahal Tuhan hanya satu, dan Isa mereka katakan anak Tuhan, padahal dia hanya seorang hamba dan Rasul, sekalipun masih ada yang benar akan tetapi telah dihapus dengan turunnya Al quran, Nabi r pernah melihat Taurat di tangan Umar, maka dia murka seraya bersabda," Apakah engkau mencurigai syariatku? Demi Allah! andai saja saudaraku Musa masih hidup, dia wajib mengikuti syariatku, kemudian Umar melemparkan Taurat tersebut dan berkata,"mintakanlah ampun untukku, wahai Rasulullah!