MENCARI ILMU JADIKANLAH TRADISI
Membangun tradisi ilmu dalam Islam
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang menegakkan keadilan, para malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan demikian, tiada Tuhan melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, sesungguhnya agama yang di ridhai di sisi Allah hanyalah Islam. "Tiada berselisih orang-orang yang telah di beri Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan ('ilm) kepada mereka, karena kedengkian yang ada di antara mereka, barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya." (Q.S. Ali Imran [3] :18-19). "Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Anfal [8] : 63).Keutamaan ilmu
Baca Juga
Keutamaan mencari ilmu dan belajar
Kaum Muslimin wajib memanfaatkan dengan sekuat tenaga untuk mencari ilmu (thalabul ilmi), selain pahalanya yang sangat besar, ilmu juga menjadi landasan keimanan dan landasan amal, banyak orang yang terpedaya dengan nikmat sehat dan kelonggaran, sehingga tidak dapat memanfaatkan waktu itu dengan baik. Rasulullah Saw bersabda : "Dua kenikmatan yang manusia banyak tertipu, yaitu nikmat kesehatan dan nikmat waktu lapang." (H.R. Imam Bukhari). Padahal, kedudukan ilmu sangatlah sentral dalam Islam, sehingga Allah memerintahkan agar aktivitas mencari ilmu itu tidak boleh berhenti, walaupun dalam kondisi perang sekali pun, "Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu tentang agama." (Q.S. At-Taubah : 122).
Rasulullah Saw juga bersabda : "Barangsiapa menempuh jalan yang padanya dia menuntut ilmu, maka Allah telah menuntunnya jalan ke syurga." (H.R. Imam Muslim). "Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya pada orang yang menuntut ilmu, karena ridha dengan apa yang ia lakukan." (H.R. Imam Ahmad, Ibn Hibban dan Al-Hakim). "Barangsiapa di datangi kematian, di mana dia sedang menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam, maka antara dia dan para Nabi di syurga adalah satu tingkat derajat." (H.R. Ad-Darimi dan Ibn Sunni). Ibnu Abbas Ra berkata : "Mendiskusikan ilmu pada sebagian malam lebih saya sukai daripada menghidupkan malam itu."
Imam Asy-Syafi, dalam salah satu sya'irnya menyatakan : "Wa man lam yadzuq murrat-ta'allumi saa'atan, tajarra'a dzullal jahli thuula hayaatihi." (Barangsiapa yang tidak pernah merasakan pahitnya mencari ilmu, walaupun sesaat, maka ia akan terjerumus dalam kebodohan yang hina sepanjang hayat).
Dan khusus untuk pemuda, Imam Asy-Syafi'i berpesan : "Wa man faatahu at-ta'liimu waqa syabaabihi, fakabbir 'alaihi arba'an liwafaatihi." (Barangsiapa yang tidak menggunakan masa mudanya untuk mencari ilmu, maka bacakan takbir empat kali). "Wa dzaatul fataa wallaahi bil-ilmi wat-tuqaa, idza lam yakuunaa laa-i'tibaara lidzaatihi." (Demi Allah, hakikat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan taqwa, jika kedua hal itu tiada padanya maka tak bisa di sebut pemuda).
(Lihat, buku Koleksi Sya'ir Imam Syaf'i, karya Yusuf Syaikh Muhammad Al-Baqi).
Sumber https://wadahsufiyah.blogspot.com/