Wirausaha Islami
![]() |
Wirausahawan Muslimah |
dinilai sebagai ibadah. Seorang muslim memang diperintahkan Allah bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Jumu’ah : 10

Artinya: “apabila shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kau di muka bumi, dan carilah karunia Allah, ingatlah Allah banyak-banyak semoga kau beruntung”
Rasulullah juga menganjurkan seorang muslim untuk menjadi wirausahawan. Sebagaimana Rasulullah merupakan seorang wirausaha adalah pedagang. Menjadi wirausaha sukses haruslah mempunyai syarat-syarat menyerupai semangat kerja, pengetahuan, kemampuan dan keahlian, disiplin, berani, inovatif, kreatif dan bertaqwa kepada ilahi yang maha esa.
Dalam konsep Islam kegiatan yang berkaitan dengan kewirausahaan harus mempunyai beberapa point penting yaitu
1) Mencapai sasaran hasil berupa profit bahan dan benefit non bahan Seorang pengusaha muslim membentuk perjuangan baru dengan tujuan yang tidak hanya mencari profit setinggi-tingginya, tetapi harus juga memperoleh dan memperlihatkan benefit (manfaat). Manfaat ini meliputi tiga orientasi selain orientasi profit adalah qimah insaniyah, qimah khuluqiyah, dan qimah ruhiyah. Qimah insaniyah berarti seorang wirausaha sanggup memperlihatkan manfaat yang bersifat kemanusiaan dengan membuka kesempatan kerja, proteksi social sehingga sanggup meratakan pendapatan masyarakat. Qimah khuluqiyah berarti nilai-nilai akhlaqul karimah harus ada dalam setiap acara kewirausahaan, contohnya produk yang halal, persaingan yang sehat, dan lain sebagainya. Qimah ruhiyah berarti perjuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk mencari keberkahan dan keridhaan Allah swt.
2) Menegakkan keadilan dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran merupakan hal yang sangat dijunjung dalam Islam sebagai pengusaha dalam melayani pembelinya. Rasulullah saw telah memperlihatkan pola berdagang dengan cara mengutamakan kejujuran dan keadilan. Sikap jujur dan adil pada hakikatnya akan melahirkan kepercayaan (trust) dari pihak pelanggan atau pembeli.
3) Ihsan dan jihad dalam bekerja
Islam tidak semata-mata memerintah bekerja dan berusaha, tetapi juga memerintahkan bekerja dengan professional dan bersungguh-sungguh. Hendaknya seorang muslim bekerja dengan ketekunan, kesungguhan, konsisten, dan kontinu. Allah memerintahkan dalam berwirausaha secara baik (ihsan) dan juga professional (itqan). Rasulullah saw bersabda:
َ

4) Prinsip kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian yang dimaksud dalam Islam mencakup dua hal adalah hati-hati dalam bersumpah dan hati-hati dalam berpromosi. Dalam berpromosi hendaklah berhati-hati dalam memberikan produk yang dijual. Jangan hingga berlaku tidak jujur dalam mendapat pembeli.
Sampaikan apa adanya produk yang dimiliki jangan hingga berbohong bahkan bersumpah atas nama Allah demi meyakinkan calon pembeli.
Sumber Referensi:
1. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: UD.Mekar, 2000), 933
2. Sukwiaty dkk, Ekonomi (Jakarta: Yudisthira, 2006), 86.
3. Ismail Yusanto dan Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami (Jakarta: Gema Insani
Press, 2002), 9.
4. Yusuf Qardhawi, Daurul Qiyam Wal Akhlaq Fil Iqtishadil Islami (Kairo: Maktabah Wahbah, 1995), 161.