Eksistensialisme Absurditas Albert Camus
Seperti halnya Kierkegaard dan Sartre, Camus sangat dipengaruhi pedoman mengenai absurditas. Pertama; ada ketidakmampuan memahami dunia. Camus yakni seorang ateis dan sangat percaya bahwa tidak ada klarifikasi final mengenai dunia. Camus nampaknya juga menginginkan sebuah kepuasan akan kesempurnaan. Namun, ia tak kunjung mendapatkannya. Penjelasan-penjelasan yang ia sanggup hanya bersifat parsial. Seperti dikatakannya:
Pada tingkatan yang terakhir, kau mengajariku bahwa alam yang menakjubkan dan penuh dengan warna ini sanggup direduksi... menjadi elektron. Ini semua baik dan kutunggu kau melajutkannya. Tetapi kau menyampaikan ada suatu dalam tatasurya yang tidak tampak di mana elektron-elektron itu mengelilingi pusatnya. Kamu menunjukan dunia ini padaku dengan suatu citra. Saya sadari kemudian bahwa kau telah direduksi menjadi sebuah puisi; saya tidak perna tahu.Ada banyak kebenaran, tetapi tidak ada yang benar; ada banyak deskripsi mengenai bagian-bagian tetapi tidak ada klarifikasi mengenai keseluruhan. Semua ilmu pengetahuan berhenti pada hipotesis.
Lebih dari itu, pikiran perihal absurditas muncul bila kita memikirkan betapa besar kesempatan dan insiden berperan dalam kehidupan manusia, betapa banyak perbuatan dan pedoman besar yang memiliki awal yang menggelikan. Semua hal yang ada di dunia ini yakni tidak terduga dan tidak sanggup diprediksi dengan sempurna. Ini yang sanggup menciptakan insan lama-kelamaan menjadi absurd.
Kesadaran perihal absurditas sanggup terjadi apabila seorang tiba-tiba sadar perihal rasa bosan. Manusia menemui titik jemu, kelelahan mekanis dari keberadaan sehari-harinya. Ini lah yang dinamakan dengan titik kulminasi manusia. Absurditas kehidupannya menciptakan berhenti di puncak kemuakan.
Selanjutnya sebagai puncak semuanya yakni kematian. Semua kehidupan insan beserta hasratnya yang sangat, aktifitas dengan pelbagai prestasi, semua keindahan yang telah ia saksikan, semua cinta yang telah ia berikan dan terima semua akan berakhir dengan kematian. Ini semakin membuatnya semakin tidak mengerti dan muak yang mendalam. Berlelah-lelah insan membangun sebuah pencapaian, namun pada jadinya akan mati dalam keadaan yang sama semua.
Perasaan absurditas muncul alasannya yakni insan mencari pemahaman yang lengkap mengenai suatu dunia yang tidak sanggup dipahami. Pikiran manusi merindukan kebenaran universal sementara dunia hanya menunjukkan kebenaran yang tidak semupurna. Seperti dalam pernyataan berikut,
Kukatakan bahwa dunia ini yakni abstrak tetapi saya terlalu gegabah. Dunia sendiri yakni sesuatu yang tidak sanggup dipikirkan, hanya itu yang bisa dikatakan. Tetapi apa itu absurditas ? yaitu kontradiksi irrasionalitas ini dengan kerinduan liar untuk menjernihkan sesuatu yang bergema di dalam hati manusia. Absurditas lebih banyak tergantung pada insan menyerupai juga pada dunia.
Camus mengakui ada dua macam bunuh diri. Menurutnya dua itu yakni bunuh diri fisik dan bunuh diri filsafat. Tipe bunuh diri yang kedua bagi ia bahwa seorang filosof sangat sadar perihal absurditas dan ketidakrasionalan eksistensi. Namun, alasannya yakni ada beberapa simpul pikiran, putaran impian dan perubahan imajinasi. Ini terlihat bahwa pemikirannya sangat menjastis orang lain. Filsafat ini akan berakhir dengan rasionalitas. Tetapi hanya menolak, tidak berbuat, dengan membunuh perilaku filosofinya yang asli, itulah yang disebut bunuh diri filsafat.
Bagi Camus tidak satupun bentuk bunuh diri ini yang merupakan jawaban. Jawaban Camus terhadap yang abstrak yakni pemberontakan. Sebenarnya insan bisa berdiri dari absurdisitasnya jikalau dalam penyadarn. Manusia yang abstrak yakni insan yang mengerti arti absurditas itu, tidak lari darinya tetapi selalu menjaga didalam kesadarannya, inilah insan yang menantang, ia pemberontak.
Konsekuensinya dari pemberontakan ini yakni bahwa insan abstrak memiliki suatu pengertian gres perihal kebebasan. Memang benar bahwa tidak ada kehidupan di masa depan. Tetapi juga tidak ada sopan santun eksternal yang memerintahkan menahan kebebasan manusia. Karena tidak ada ukuran nilai, maka tidak ada pilihan, tidak ada pilihan terbaik yang harus dibuat. Yang bermakna bukanlah hidup yang terbaik tapi hidup yang terbanyak. Konsekuensi dari pedoman ini akan melahirkan insan yang rakus. Ia tidak mengenal batas dan tentunya sangat egois.
Sumber https://pakarmakalah.blogspot.com/
Pada tingkatan yang terakhir, kau mengajariku bahwa alam yang menakjubkan dan penuh dengan warna ini sanggup direduksi... menjadi elektron. Ini semua baik dan kutunggu kau melajutkannya. Tetapi kau menyampaikan ada suatu dalam tatasurya yang tidak tampak di mana elektron-elektron itu mengelilingi pusatnya. Kamu menunjukan dunia ini padaku dengan suatu citra. Saya sadari kemudian bahwa kau telah direduksi menjadi sebuah puisi; saya tidak perna tahu.Ada banyak kebenaran, tetapi tidak ada yang benar; ada banyak deskripsi mengenai bagian-bagian tetapi tidak ada klarifikasi mengenai keseluruhan. Semua ilmu pengetahuan berhenti pada hipotesis.
Lebih dari itu, pikiran perihal absurditas muncul bila kita memikirkan betapa besar kesempatan dan insiden berperan dalam kehidupan manusia, betapa banyak perbuatan dan pedoman besar yang memiliki awal yang menggelikan. Semua hal yang ada di dunia ini yakni tidak terduga dan tidak sanggup diprediksi dengan sempurna. Ini yang sanggup menciptakan insan lama-kelamaan menjadi absurd.
Kesadaran perihal absurditas sanggup terjadi apabila seorang tiba-tiba sadar perihal rasa bosan. Manusia menemui titik jemu, kelelahan mekanis dari keberadaan sehari-harinya. Ini lah yang dinamakan dengan titik kulminasi manusia. Absurditas kehidupannya menciptakan berhenti di puncak kemuakan.

Selanjutnya sebagai puncak semuanya yakni kematian. Semua kehidupan insan beserta hasratnya yang sangat, aktifitas dengan pelbagai prestasi, semua keindahan yang telah ia saksikan, semua cinta yang telah ia berikan dan terima semua akan berakhir dengan kematian. Ini semakin membuatnya semakin tidak mengerti dan muak yang mendalam. Berlelah-lelah insan membangun sebuah pencapaian, namun pada jadinya akan mati dalam keadaan yang sama semua.
Kukatakan bahwa dunia ini yakni abstrak tetapi saya terlalu gegabah. Dunia sendiri yakni sesuatu yang tidak sanggup dipikirkan, hanya itu yang bisa dikatakan. Tetapi apa itu absurditas ? yaitu kontradiksi irrasionalitas ini dengan kerinduan liar untuk menjernihkan sesuatu yang bergema di dalam hati manusia. Absurditas lebih banyak tergantung pada insan menyerupai juga pada dunia.
Camus mengakui ada dua macam bunuh diri. Menurutnya dua itu yakni bunuh diri fisik dan bunuh diri filsafat. Tipe bunuh diri yang kedua bagi ia bahwa seorang filosof sangat sadar perihal absurditas dan ketidakrasionalan eksistensi. Namun, alasannya yakni ada beberapa simpul pikiran, putaran impian dan perubahan imajinasi. Ini terlihat bahwa pemikirannya sangat menjastis orang lain. Filsafat ini akan berakhir dengan rasionalitas. Tetapi hanya menolak, tidak berbuat, dengan membunuh perilaku filosofinya yang asli, itulah yang disebut bunuh diri filsafat.
Bagi Camus tidak satupun bentuk bunuh diri ini yang merupakan jawaban. Jawaban Camus terhadap yang abstrak yakni pemberontakan. Sebenarnya insan bisa berdiri dari absurdisitasnya jikalau dalam penyadarn. Manusia yang abstrak yakni insan yang mengerti arti absurditas itu, tidak lari darinya tetapi selalu menjaga didalam kesadarannya, inilah insan yang menantang, ia pemberontak.
Konsekuensinya dari pemberontakan ini yakni bahwa insan abstrak memiliki suatu pengertian gres perihal kebebasan. Memang benar bahwa tidak ada kehidupan di masa depan. Tetapi juga tidak ada sopan santun eksternal yang memerintahkan menahan kebebasan manusia. Karena tidak ada ukuran nilai, maka tidak ada pilihan, tidak ada pilihan terbaik yang harus dibuat. Yang bermakna bukanlah hidup yang terbaik tapi hidup yang terbanyak. Konsekuensi dari pedoman ini akan melahirkan insan yang rakus. Ia tidak mengenal batas dan tentunya sangat egois.
Sumber https://pakarmakalah.blogspot.com/