Kisah Taubatnya Spesialis Maksiat


 tertawanya renyah lembut menyapa setiap pendengaran Kisah Taubatnya Seorang Ahli Maksiat

Sungguh sahabatku telah berubah, tertawanya renyah lembut menyapa setiap telinga, laksana fajar menyingsing menyambut pagi. Padahal sebelumnya tertawanya seringkali memekakkan pendengaran dan menyakiti perasaan. Kini pandangannya sejuk penuh tawadhu. Sedangkan sebelumnya penuh dengan pandangan yang destruktif. Ucapan yang keluar dari mulutnya kini penuh dengan perhitungan, padahal sebelumnya sesumbar ke sana kemari melukai dan menyakiti hati orang, tidak peduli dan tidak ada beban dosa. Wajahnya damai diliputi cahaya hidayah sehabis sebelumnya terkesan bergairah dan tidak ada belas kasihan.

Aku tatap wajahnya, ia paham apa yang saya inginkan, kemudian ia berkata, “Sepertinya engkau ingin bertanya kepadaku. Apa yang membuatmu berubah?”

“Ya, itu yang saya ingin Tanya kepadamu”, tandasku, wajahmu yang kulihat beberapa tahun yang kemudian berbeda 180 derajat dengan wajah yang kulihat sekarang.

Baca Juga

Maha suci Allah yang Maha merubah keadaan,” katanya penuh rasa syukur. “Hmm… niscaya di balik semua itu ada kisah menariknya,” komentarku.

“Ya, kisahnya kalau kukenang, selalu menambah keimananku kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, kisahnya melebihi khayalan, namun tetap sebuah kenyataan yang telah merubah arah hidupku, kini saya akan ceritakan semua kisah ini.”

Ketika saya sedang mengendarai kendaraan beroda empat menuju Kairo, di salah satu jembatan yang menghubungkan kota tersebut, tiba-tiba seekor sapi dan seorang anak kecil melintas di depanku, saya kaget dan tidak sanggup mengendalikan kendaraan. Tanpa sadar mobilku terjun ke sungai, dan saya sudah ada di dalam air. Aku angkat kepalaku ke atas biar sanggup bernafas, tetapi mobilku terus karam dan air nyaris memenuhi dalam mobilku, tanganku segera menjamah gagang pintu, tapi pintunya terkunci. Saat itu saya merasa akan segera mati, yang terbayang ialah perjalanan hidupku yang penuh dengan dosa dan noda. Segalanya menyerupai gelap, menyerupai berada di terowongan yang dalam dan gelap, panik mencekam dan batinku berteriak, “Yaa Rabb… Selamatkanlah aku, bukan dari janjkematian yang sebentar lagi akan kualami, tapi selamatkanlah saya dari segala dosa yang telah melingkupi diriku, saya merasa jiwaku menyerupai melayang dan mohon ampun kepada Allah sebelum menemui-Nya, kemudian saya mengucap dua kalimat syahadat, saya mulai merasa akan mati.

Aku berusaha menggerakkan tanganku untuk menggapai sesuatu, tiba-tiba tanganku menyentuh sesuatu yang bolong, saya ingat!, bolongan tersebut berasal dari beling bab depan, yang pecah semenjak tiga hari yang lalu, tanpa pikir panjang lagi, saya dorong sekuat tenaga badanku keluar dari beling bolong tersebut, saya kembali melihat cahaya terang, saya lihat masyarakat menyaksikan dari tepi sungai seraya saling berteriak keras biar ada salah seorang yang menolongku, kemudian terjun dua orang dari mereka ke sungai dan membawaku ke tepinya, dengan fisik yang lemah lunglai saya masih merasa tidak yakin sanggup selamat dan kembali hidup, dari kejauhan kulihat mobilku perlahan-lahan terbenam ke dalam air. 

Sejak detik itu saya merasa sangat ingin meninggalkan masa laluku yang penuh dengan dosa, hal itu eksklusif kubuktikan sesampainya di rumah, eksklusif kurobek-robek gambar dan poster para selebritis pujaan dan gambar perempuan setengah telanjang yang sengaja kupajang di dinding rumahku, kemudian saya masuk ke kamar dan menghempaskan badanku di atas kasur sambil menangis, gres pertama kali ini saya merasa menyesal terhadap dosa-dosa yang telah kuperbuat, semakin keras tangisku dan semakin deras air mataku bercucuran, sementara badanku gemetar. Saat itulah saya mendengar azan, seperti saya gres mendengarnya pertama kali. Aku eksklusif bangun berdiri dan segera bergegas mengambil air wudhu. 

Di masjid, sehabis saya menunaikan shalat, saya menyatakan taubat dan mohon kepada Allah biar mengampuniku; Sejak itulah sebagaimana yang engkau lihat kini wajahku berubah alasannya ialah taubat.”

Aku tertegun mendengar ceritanya kemudian saya katakan kepadanya :

“Berbahagialah engkau hai saudaraku, segala puji bagi Allah atas keselamatanmu, sungguh Allah telah menghendaki kebaikan terhadapmu, Allah akan selalu melindungimu dan menjagamu, serta mengokohkan langkahmu di atas kebenaran”. (hdn)

Subahanallah semoga bermanfaat untuk kita semua Aamiin Ya Rabal,aallamiin

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel