Begitu Besarnya Pahala Bagi Yang Menahan Amarah Dan Memaafkan
Allah Subhanahu Wata'ala selalu membukakan pintu maaf-Nya sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada mahluk-Nya dan Allah juga selalu memberi peringatan kepada kita biar tidak mengulangi kesalahan itu lagi. Karena allah itu Maha Pemaaf, maka kita juga seharusnya bisa memaafkan orang yang punya kesalahan kepada kita. Berikanlah maaf itu kepada siapa saja yang sudah mengaku melaksanakan kesalahan dan kekhilafan, alasannya sebenarnya insan memang tidak pernah luput dari salah.
DI dalam Quran terdapat banyak ayat yang menyeru insan biar memaafkan kesalahan orang-orang yang berbuat salah. Allah berfirman:
“Dan tidaklah kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan, sebenarnya ketika (kiamat) itu niscaya akan datang. Maka, maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (QS AL Hijr:85)
Baca Juga
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Ali Imran:134)
Selanjutnya, juga disebutkan dalam Firman Allah:
“Dan hamba-hamba yang kuasa yang maha penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.” (QS Al Furqan: 63)
Ibnu An Najjar meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, “sambunglah silaturahmi dengan orang yang memutusnya dan berbuat oke kepada orang yang telah berbuat jelek padamu. Katakan yang benar walaupun terhadap dirimu sendiri.”
Dalam hadis lain disebutkan, “Tak ada dosis yang lebih besar pahalanya di sisi Allah dari dosis amaran yang ditahan seseorang demi mengharap ridho Allah.” (HR Ibnu Majah)
Dalil naqli di atas terang memaparkan ihwal proposal berbuat baik dan memaafkan. Mengucap maaf itu kadang memang berat, apalagi bila masih tersisa gengsi dan rasa marah.
Menahan amarah dan memaafkan dalam redaksi hadis di atas merujuk pada memberi maaf ketika mampu. Para perawi meriwayatkan dari Nabi dengan isnad yang baik, bahwa Beliau bersabda, “Siapa yang menahan amarahnya padahal beliau bisa mengeluarkannya. Maka Allah akan memanggilnya sebagai pemuka semua makhluk, memberinya pilihan bidadari-bidadari cantik. Ia boleh menikahi siapa saja diantara mereka yang diinginkannya.”
Memaafkan yang dimaksud di sana tentunya memafkan dengan tulus ikhlas, tanpa menyisakan dendam. Dengan demikian orang tersebut akan terbebas dari penderitaan batin dan bisa hidup lebih tenang.
Oleh alasannya itu, Islam mengajarkan untuk berbuat baik dan memaafkan. Sebab, sifat ini bisa menjauhkan insan dari kegelisahan serta tekanan emosi yang akan sangat kuat pada kesehatan diri. Memafkan bukan hanya membebaskan orang yang dimaafkan, melainkan juga membebaskan orang yang memberi maaf, dari tekanan batin dan amaran.
Sumber: Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an/Karya: Nadiah Thayyarah/Penerbit: Mizan/Tahun: 2013