Tata Cara Sholat Yang Benar
Cara Sholat Yang Benar – sebagaimana dikutip dari buku “Kitab Belajar Shalat Lengkap” berikut ini tata cara sholat yang benar:
1. Berdiri Tegak (Qiyam) Menghadap Kiblat
Berdiri tegak dengan menghadap kiblat dengan niat akan melaksanakan shalat. Perihal berdiri ini Allah swt telah berfirman di dalam al-Qur’an : “Dan berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan tunduk.” (QS.al-Baqarah (2):238)
Jika tidak bisa berdiri, maka shalat sanggup dilakukan dengan duduk. Jika duduk pun tidak bisa melakukannya, shalat bisa dilaksanakan sambil berbaring ibarat yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Shalatlah dengan berdiri. Tetapi kalau tidak bisa, maka shalatlah dengan duduk. Maka kalau tidak bisa (dengan duduk), maka shalatlah dengan berbaring. (HR. Turmudzi)
Menghadap kearah kiblat (Masjidil Haram) yang merupakan perintah Allah swt melalui firman-Nya:
“..maka sungguh kami akan memalingkan kau ke kiblat yang kau sukai. Palingkanlah mukamu kearah Masjidil Haram. Dan di mana saja kau berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS.al-Baqarah (2):144)
2. Niat
Niat merupakan syarat atau rukun shalat. Sebagian kaum muslimin menyebutkan atau mengucapkan niat tersebut dan sebagian yang lain tidak mengucapkannya, namun melaksanakannya di dalam hati.
3. Takbiratul Ihram
Takbiratul ihram yaitu ucapan takbir yang memulai pengharaman untuk melaksanakan hal-hal yang dihentikan atau hal-hal yang membatalkan shalat di dalam shalat. Maknanya, semenjak takbiratul ihram dilaksanakan, maka hal-hal selain yang biasa dilakukan di dalam shalat terlarang untuk dilakukan.
4. Mengangkat Kedua Tangan
Mengangkat kedua tangan dilaksanakan di seputar waktu takbir. Mengangkat kedua tangan dilakukan dengan jari-jari terbuka, tidak menggenggam, dan telapak tangan di hadapan ke kiblat. Terdapat dua cara dalam mengangkat kedua tangan, yaitu:
a. Sejajar dengan pundak (pundak)
Ketinggian kedua tangan sampai sejajar dengan pundak atau pundak ini menurut riwayat dari Abdullah bin Umar ra. yang menyatakan, “Aku melihat Rasulullah saw memulai shalat dengan bertakbir, Beliau (Rasulullah saw) mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir sampai meletakkan kedua tangannya sejajar dengan pundak (pundak) nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Mendekati telinga
Ketinggian pengangkatan kedua tangan sampai mendekati indera pendengaran menurut ucapan sobat Al Bara bin Azib ra., “Rasulullah saw apabila memulai shalatnya, dia mengangkat kedua tangannya mendekati kedua telinganya.” (HR. Abu Dawud)
Mengangkat kedua tangan kalau dihubungkan dengan takbir, bisa dilaksanakan dengan :
a. Mengangkat tangan kemudian bersedekap sebelum takbir (HR.Bukhari dan Nasa’i)
b. Mengangkat tangan kemudian bersedekap bersamaan ketika takbir (HR. Bukhari)
c. Mengangkat tangan kemudian bersedekap sesudah takbir (HR. Bukhari dan Abu Dawud)
5. Bersedekap
Setelah takbir dengan mengangkat kedua tangan, maka kedua tangan disedekapkan, dengan cara meletakkan ajudan di atas tangan kiri. Adapun cara bersedekap sesudah takbiratul ikhram sanggup dilakukan dengan:
a. Al wadh’u
Meletakkan ajudan di atas tangan kiri tanpa menggenggam atau melingkari tangan. Wa’il bin Hujr ra. mengabarkan sifat shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “..setelah itu dia meletakkan tangan kanannya di atas punggung tangan kiri, atau di atas pergelangan tangan, atau di atas lengan.” (HR. Abu Dawud)
b. Al Qabdhu
Jari-jari ajudan menggenggam atau melingkari tangan kiri . Wa’il bin Hujr ra. mengatakan, “aku melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dalam shalat dia dengan melingkari tangan kirinya dengan tangan kanannya.” (HR. an-Nasa’i dan Baihaqi)
6. Sujud
Sujud, maknanya yaitu tunduk ke bawah, merupakan gerakan di dalam shalat dengan cara meletakkan dahi pada lantai dengan kedua telapak tangan berada di samping kanan dan kiri, kedua lutut menekuk dan kedua ujung kaki berfungsi sebagai penyangga.
A. Tata Cara Sujud
a. Bertakbir ketika turun sujud
Terdapat perbedaan di kalangan ulama ihwal mengangkat tangan ketika turun sujud atau tidak mengangkat tangan.
- Tanpa mengangkat tangan
Berdasarkan hadis : “jika dia akan rukuk dan bangun dari rukuk (beliau mengangkat tangan). Namun dia tidak mengangkat tangannya dalam shalat ketika duduk.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
- Mengangkat tangan
Berdasarkan hadis : “Malik bin Huwairits ra. Menyebutkan, ia melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya ketika memulai shalat, ketika rukuk, ketika iktidal, dan ketika turun sujud.” (HR. an-Nasa’i dan Daraquthni)
b. Lutut Atau Tangan Lebih Dulu
- Lutut lebih dulu
Berdasarkan hadis : Wa’il berkata, “Aku lihat Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamapabila sujud, dia letakkan dua lututnya lebih dulu dari pada dua tangannya, dan apabila ia bangun berdiri, ia angkat dua tangannya lebih dulu dari pada dua lututnya.” (HR. Tirmidzi)
- Tangan terlebih dulu
Berdasarkan hadis : Rasulullah saw. bersabda “Apabila salah seorang diantara kalian sujud, janganlah ia turun ibarat unta menderum. Hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya.” (HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i)
c. Sujud Atas Tujuh Anggota Tubuh
Meletakkan anggota tubuh, yaitu kening dan hidung, dua tangan, dua lutut, dan dua ujung telapak kaki pada tanah atau lantai. Rasulullah saw. bersabda: “Aku diperintah untuk sujud (dengan bertumpu) pada tujuh tulang : dengan kening (dahi) – sambil Beliau saw. member arahan pada hidung dengan tangannya – dua tangan, dua lutut, dan dua ujung telapak kaki.” (HR. Bukhari)
d. Letak Kedua Tangan
- Sejajar dengan pundak
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan kedua tangannya (ketika sujud) sejajar dengan pundaknya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
- Sejajar dengan telinga
“Beliau meletakkan kedua tangannya sejajar dengan telinga.” (HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i)
e. Posisi Kedua Tumit
- Dirapatkan
‘Aisyah ra. Mengatakan, “Aku kehilangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal sebelumnya dia tidur disampingku. Tiba-tiba saya menjumpai dia sedang sujud, dalam keadaan merapatkan kedua tumit dia dan ujung-ujung jari kaki dia menghadap kiblat.” (HR. Ibnu Khuzaimah)
- Tidak dirapatkan
Hadis riwayat Ibnu Khuzaimah tersebut dinilai dhaif dan janggal oleh ulama andal hadis. Dengan demikian jarak antara kaki ketika sujud sama dengan jarak antara kaki ketika berdiri, yaitu tidak dirapatkan dan tidak pula terlalu dilebarkan, tetapi proporsional saja sebagaimana yang diperlukan oleh sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
7. Duduk Anatara Dua Sujud
a. Duduk iftarasy
Dilakukan dengan dengan cara menghamparkan telapak kaki kiri kemudian duduk di atasnya, sementara telapak kaki kanan ditegakkan. Jari-jari kaki kanan diarahkan kearah kiblat.
b. Duduk iq’aa
Dilakukan dengan menegakkan kedua telapak kaki dan duduk di atas kedua tumit.
8. Bangkit Dari Sujud
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama ihwal tata cara bangun dari sujud menuju rakaat selanjutnya tersebut, yaitu :
a. Langsung berdiri (tidak duduk istirahat)
Wa’il bin Hujr ra. berkata:
“…dan apabila dia bangun berdiri, dia bangun dengan menekan dua lututnya sedang (dua tangannya) menekan di atas pahanya.” (HR. Abu Dawud)
Mengingat terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama ihwal bab badan apakah tangan atau lutut terlebih dahulu yang diletakkan, maka terdapat perbedaan pula ketika bangun dari sujud, yaitu:
- Wa’il berkata, “aku lihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila sujud, dia letakkan dua lututnya lebih dahulu dari pada dua tangannya, dan apabila ia bangun berdiri, ia angkat dua tangannya lebih dahulu dari pada dua lututnya.” (HR. Tirmidzi)
- Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang diantara kalian sujud, janganlah ia turun ibarat unta menderum. hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya.” (HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i)
b. Duduk istirahat lebih dahulu sebelum berdiri
Adapun kondisi kedua tangan yang dijadikan referensi untuk berdiri juga terdapat dua cara, yaitu :
- ‘Ajn (Mengepalkan tangan sebelum berdiri) Azraq bin Qais mengatakan, “Aku melihat Ibnu Umar melaksanakan ‘ajn shalatnya ketika bangun berdiri. Aku bertanya kepadanya, maka dia menjawab, ‘aku lihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melakukannya.”
- Meluruskan jari-jari ke arah kiblat sebelum berdiri Malik bin Huwairist mengatakan, “Jika mengangkat kepalanya ketika sujud kedua pada rakaat pertma, maka dia duduk dalam keadaan lurus, kemudian bangun dengan bertumpu ke tanah.” (HR. an-Nasa’i)
9. Tasyahud
Tasyahud bermakna kesaksian atau pernyataan. Terkandung kesaksian dalam bacaan tahiyyat yang dibaca dalam posisi tersebut. Kesakisan itu berbunyi Asyhadu yang berarti saya bersaksi.
a. Isyarat Jari Telunjuk
- Digoyang-goyakkan
Wa’il bin Hujr ra. menyampaikan : “…kemudian dia genggam dua jari-jarinya dan beiau genggam ibu jari tengahnya, kemudian ia angkat jari (telunjuk)nya, maka kulihat dia menggoyang-goyangkannya.” (HR. Ahmad)
- Tidak digoyang-goyangkan
Abdullah bin Zubair ra. menyampaikan : “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam member arahan dengan jarinya ketika berdoa, tanpa menggerak-gerakkannya.” (HR. Abu Dawud)
- Jari telunjuk diluruskan
“Dan meletakkan tangan kirinya pada lututnya yang kiri dengan menegakkan kaki kanannya. Lalu dia meletakkan tangan kanannya pada lutut kanannya dan meluruskan jari telunjuknya sebagai arahan meng -esa-kan Rabb Azza Wa Jalla-nya.” (HR. Ahmad dari Ibnu Ishaq)
- Jari telunjuk sedikit dibengkokkan
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk dalam shalat dengan meletakkan lengan kanannya di atas paha kanannya dan mengangkat jari telunjuknya dengan sedikit membengkokkannya sambil berdoa.” (HR. an-Nasa’i dan Abu Dawud)
Sumber https://pakarmakalah.blogspot.com/
1. Berdiri Tegak (Qiyam) Menghadap Kiblat
Berdiri tegak dengan menghadap kiblat dengan niat akan melaksanakan shalat. Perihal berdiri ini Allah swt telah berfirman di dalam al-Qur’an : “Dan berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan tunduk.” (QS.al-Baqarah (2):238)
Jika tidak bisa berdiri, maka shalat sanggup dilakukan dengan duduk. Jika duduk pun tidak bisa melakukannya, shalat bisa dilaksanakan sambil berbaring ibarat yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Shalatlah dengan berdiri. Tetapi kalau tidak bisa, maka shalatlah dengan duduk. Maka kalau tidak bisa (dengan duduk), maka shalatlah dengan berbaring. (HR. Turmudzi)
Menghadap kearah kiblat (Masjidil Haram) yang merupakan perintah Allah swt melalui firman-Nya:
“..maka sungguh kami akan memalingkan kau ke kiblat yang kau sukai. Palingkanlah mukamu kearah Masjidil Haram. Dan di mana saja kau berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS.al-Baqarah (2):144)
2. Niat
Niat merupakan syarat atau rukun shalat. Sebagian kaum muslimin menyebutkan atau mengucapkan niat tersebut dan sebagian yang lain tidak mengucapkannya, namun melaksanakannya di dalam hati.
3. Takbiratul Ihram
Takbiratul ihram yaitu ucapan takbir yang memulai pengharaman untuk melaksanakan hal-hal yang dihentikan atau hal-hal yang membatalkan shalat di dalam shalat. Maknanya, semenjak takbiratul ihram dilaksanakan, maka hal-hal selain yang biasa dilakukan di dalam shalat terlarang untuk dilakukan.
4. Mengangkat Kedua Tangan
Mengangkat kedua tangan dilaksanakan di seputar waktu takbir. Mengangkat kedua tangan dilakukan dengan jari-jari terbuka, tidak menggenggam, dan telapak tangan di hadapan ke kiblat. Terdapat dua cara dalam mengangkat kedua tangan, yaitu:
a. Sejajar dengan pundak (pundak)
Ketinggian kedua tangan sampai sejajar dengan pundak atau pundak ini menurut riwayat dari Abdullah bin Umar ra. yang menyatakan, “Aku melihat Rasulullah saw memulai shalat dengan bertakbir, Beliau (Rasulullah saw) mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir sampai meletakkan kedua tangannya sejajar dengan pundak (pundak) nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

b. Mendekati telinga
Ketinggian pengangkatan kedua tangan sampai mendekati indera pendengaran menurut ucapan sobat Al Bara bin Azib ra., “Rasulullah saw apabila memulai shalatnya, dia mengangkat kedua tangannya mendekati kedua telinganya.” (HR. Abu Dawud)

Mengangkat kedua tangan kalau dihubungkan dengan takbir, bisa dilaksanakan dengan :
a. Mengangkat tangan kemudian bersedekap sebelum takbir (HR.Bukhari dan Nasa’i)
b. Mengangkat tangan kemudian bersedekap bersamaan ketika takbir (HR. Bukhari)
c. Mengangkat tangan kemudian bersedekap sesudah takbir (HR. Bukhari dan Abu Dawud)
5. Bersedekap
Setelah takbir dengan mengangkat kedua tangan, maka kedua tangan disedekapkan, dengan cara meletakkan ajudan di atas tangan kiri. Adapun cara bersedekap sesudah takbiratul ikhram sanggup dilakukan dengan:
a. Al wadh’u
Meletakkan ajudan di atas tangan kiri tanpa menggenggam atau melingkari tangan. Wa’il bin Hujr ra. mengabarkan sifat shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “..setelah itu dia meletakkan tangan kanannya di atas punggung tangan kiri, atau di atas pergelangan tangan, atau di atas lengan.” (HR. Abu Dawud)

b. Al Qabdhu
Jari-jari ajudan menggenggam atau melingkari tangan kiri . Wa’il bin Hujr ra. mengatakan, “aku melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dalam shalat dia dengan melingkari tangan kirinya dengan tangan kanannya.” (HR. an-Nasa’i dan Baihaqi)

6. Sujud
Sujud, maknanya yaitu tunduk ke bawah, merupakan gerakan di dalam shalat dengan cara meletakkan dahi pada lantai dengan kedua telapak tangan berada di samping kanan dan kiri, kedua lutut menekuk dan kedua ujung kaki berfungsi sebagai penyangga.
A. Tata Cara Sujud
a. Bertakbir ketika turun sujud
Terdapat perbedaan di kalangan ulama ihwal mengangkat tangan ketika turun sujud atau tidak mengangkat tangan.
- Tanpa mengangkat tangan
Berdasarkan hadis : “jika dia akan rukuk dan bangun dari rukuk (beliau mengangkat tangan). Namun dia tidak mengangkat tangannya dalam shalat ketika duduk.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
- Mengangkat tangan
Berdasarkan hadis : “Malik bin Huwairits ra. Menyebutkan, ia melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya ketika memulai shalat, ketika rukuk, ketika iktidal, dan ketika turun sujud.” (HR. an-Nasa’i dan Daraquthni)
b. Lutut Atau Tangan Lebih Dulu
- Lutut lebih dulu
Berdasarkan hadis : Wa’il berkata, “Aku lihat Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamapabila sujud, dia letakkan dua lututnya lebih dulu dari pada dua tangannya, dan apabila ia bangun berdiri, ia angkat dua tangannya lebih dulu dari pada dua lututnya.” (HR. Tirmidzi)
- Tangan terlebih dulu
Berdasarkan hadis : Rasulullah saw. bersabda “Apabila salah seorang diantara kalian sujud, janganlah ia turun ibarat unta menderum. Hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya.” (HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i)
c. Sujud Atas Tujuh Anggota Tubuh
Meletakkan anggota tubuh, yaitu kening dan hidung, dua tangan, dua lutut, dan dua ujung telapak kaki pada tanah atau lantai. Rasulullah saw. bersabda: “Aku diperintah untuk sujud (dengan bertumpu) pada tujuh tulang : dengan kening (dahi) – sambil Beliau saw. member arahan pada hidung dengan tangannya – dua tangan, dua lutut, dan dua ujung telapak kaki.” (HR. Bukhari)
d. Letak Kedua Tangan
- Sejajar dengan pundak
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan kedua tangannya (ketika sujud) sejajar dengan pundaknya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

- Sejajar dengan telinga
“Beliau meletakkan kedua tangannya sejajar dengan telinga.” (HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i)

e. Posisi Kedua Tumit
- Dirapatkan
‘Aisyah ra. Mengatakan, “Aku kehilangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal sebelumnya dia tidur disampingku. Tiba-tiba saya menjumpai dia sedang sujud, dalam keadaan merapatkan kedua tumit dia dan ujung-ujung jari kaki dia menghadap kiblat.” (HR. Ibnu Khuzaimah)

- Tidak dirapatkan
Hadis riwayat Ibnu Khuzaimah tersebut dinilai dhaif dan janggal oleh ulama andal hadis. Dengan demikian jarak antara kaki ketika sujud sama dengan jarak antara kaki ketika berdiri, yaitu tidak dirapatkan dan tidak pula terlalu dilebarkan, tetapi proporsional saja sebagaimana yang diperlukan oleh sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

7. Duduk Anatara Dua Sujud
a. Duduk iftarasy
Dilakukan dengan dengan cara menghamparkan telapak kaki kiri kemudian duduk di atasnya, sementara telapak kaki kanan ditegakkan. Jari-jari kaki kanan diarahkan kearah kiblat.

b. Duduk iq’aa
Dilakukan dengan menegakkan kedua telapak kaki dan duduk di atas kedua tumit.

8. Bangkit Dari Sujud
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama ihwal tata cara bangun dari sujud menuju rakaat selanjutnya tersebut, yaitu :
a. Langsung berdiri (tidak duduk istirahat)
Wa’il bin Hujr ra. berkata:
“…dan apabila dia bangun berdiri, dia bangun dengan menekan dua lututnya sedang (dua tangannya) menekan di atas pahanya.” (HR. Abu Dawud)
Mengingat terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama ihwal bab badan apakah tangan atau lutut terlebih dahulu yang diletakkan, maka terdapat perbedaan pula ketika bangun dari sujud, yaitu:
- Wa’il berkata, “aku lihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila sujud, dia letakkan dua lututnya lebih dahulu dari pada dua tangannya, dan apabila ia bangun berdiri, ia angkat dua tangannya lebih dahulu dari pada dua lututnya.” (HR. Tirmidzi)
- Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang diantara kalian sujud, janganlah ia turun ibarat unta menderum. hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya.” (HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i)
b. Duduk istirahat lebih dahulu sebelum berdiri
Adapun kondisi kedua tangan yang dijadikan referensi untuk berdiri juga terdapat dua cara, yaitu :
- ‘Ajn (Mengepalkan tangan sebelum berdiri) Azraq bin Qais mengatakan, “Aku melihat Ibnu Umar melaksanakan ‘ajn shalatnya ketika bangun berdiri. Aku bertanya kepadanya, maka dia menjawab, ‘aku lihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melakukannya.”

- Meluruskan jari-jari ke arah kiblat sebelum berdiri Malik bin Huwairist mengatakan, “Jika mengangkat kepalanya ketika sujud kedua pada rakaat pertma, maka dia duduk dalam keadaan lurus, kemudian bangun dengan bertumpu ke tanah.” (HR. an-Nasa’i)

9. Tasyahud
Tasyahud bermakna kesaksian atau pernyataan. Terkandung kesaksian dalam bacaan tahiyyat yang dibaca dalam posisi tersebut. Kesakisan itu berbunyi Asyhadu yang berarti saya bersaksi.
a. Isyarat Jari Telunjuk
- Digoyang-goyakkan
Wa’il bin Hujr ra. menyampaikan : “…kemudian dia genggam dua jari-jarinya dan beiau genggam ibu jari tengahnya, kemudian ia angkat jari (telunjuk)nya, maka kulihat dia menggoyang-goyangkannya.” (HR. Ahmad)
- Tidak digoyang-goyangkan
Abdullah bin Zubair ra. menyampaikan : “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam member arahan dengan jarinya ketika berdoa, tanpa menggerak-gerakkannya.” (HR. Abu Dawud)
- Jari telunjuk diluruskan
“Dan meletakkan tangan kirinya pada lututnya yang kiri dengan menegakkan kaki kanannya. Lalu dia meletakkan tangan kanannya pada lutut kanannya dan meluruskan jari telunjuknya sebagai arahan meng -esa-kan Rabb Azza Wa Jalla-nya.” (HR. Ahmad dari Ibnu Ishaq)

- Jari telunjuk sedikit dibengkokkan
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk dalam shalat dengan meletakkan lengan kanannya di atas paha kanannya dan mengangkat jari telunjuknya dengan sedikit membengkokkannya sambil berdoa.” (HR. an-Nasa’i dan Abu Dawud)
