Pengagum Rahasia, Gagal Karna Mengungkap Rahasia

Di lantai tiga gedung yang kusam itu, mataku tak pernah jemu menyorot jauh pada gadis yang sangat indah di mataku.

Matanya lingkaran kolam tomat merah, namun terkesan imut, setiap liku wajahnya sangat ku suka dan ku damba. Saat itu yang terjelma di benakku, hanya ia perempuan tercantik, secantik bidadari syurga yang hidup di dunia anta beranta ini. 

Hari demi hari berputarnya detik-detik waktu ku habiskan menikmati indahnya dari sisi gelapku dan selalu ku berharap setiap mimpi-mimpi malam yang ku lalui denganya tak sia-sia, karna hanya lewat mimpi saya bisa menjamah dan memilikinya lebih dari segalanya.

Begitulah... Pengagum rahasia... Di sudut pecahan bumi bab manapun, di kutub utara, kutub selatan, dan bumi yang tak mempunyai kutub sekalipun, mereka tetaplah seorang pecundang yang takkan pernah berani menyusun gugusan menyerang untuk mengungkap cintanya secara nyata. 

Pecundang... Seseorang yang punya kemampuan namun tak punya nyali karna silau akan keindahan yang dikaguminya.

Pengagum rahasia... Seseorang yang akan mencintaimu apa adanya, tapi kau takkan pernah mencintainya apa adanya, karna ketika mata lahirmu tau, seseorang yang selalu ingin menyebarkan senyum indah di bibirmu ternyata tak seindah yang kau kira selama ini.

Dia tidak tampan dan tak akan pernah menjadi tampan meskipun lautan tumpah dan langit pun runtuh. Dia tidak kaya, namun ia bisa berusaha menggapai tumpukkan harta itu kalau memang kau pinta, ia juga tidak terpelajar bergaul, tapi satu hal yang harus kau tau, ia sangat terpelajar menyebarkan senyum indahmu sehingga kau bisa berlayar jauh dalam lautan kehidupan yang keras ini.

Ini yang perlu kau tau, setiap malam, setiap rembulan menyapa ataupun tidak menyapa, sebelum ia memejamkan mata dalam lautan mimpi yang tak terterka, otaknya selalu mondar-mandir di setiap pembuluh pikirannya, selalu memikirkan bagaimana cara membuatmu tersenyum esok pagi ketika mentari tersenyum ataupun mentari murung karna merajuk tertutup awan.

Semua itu ia lakukan tanpa pamrih sedikitpun, bahkan ia tak pernah mau kalau kau hingga tau diam-diam ihwal dirinya, padahal hakikat ia menyelami hidupmu bekerjsama ingin mempunyai dirimu, tetapi semua itu tidak pernah ia lakukan karna takut engkau takkan pernah mau lagi mendapatkan setiap bunga segar yang tiba tiba-tiba di setiap pagimu untuk sekedar memberi tanda bahwa ia selalu memperhatikan kamu.

Setiap hari rasa kagum itu semakin meracun bagai tuba mematikan, rasanya seluruh baskom hidupku tak sanggup lagi menampung rasa yang begitu besar, lebih besar seribu kali lipat dari air yang selalu ku reguk setiap haus menerpa. 

Maka malam itu saya memungut sisa-sisa keberanianku yang ada di seluruh penjuru jiwa dan mencoba mengungkap rasa yang seharusnya tetap menjadi diam-diam hingga liang lahat menelanku. Ku undang ia di candle light dinner yang romantis di antara kolam renang yang seakan berteriak riuh bersama lilin-lilin kecil yang menghiasinya.

Aku tiba kolam pangeran berkuda putih, namun tak putih, hahaha.. Miris rasanya. Aku menjadi munafik hanya untuk mendapatkan cinta seorang wanita. Semuanya ku buat seakan sempurna, hampir tiada cacat sedikitpun, tapi apa yang ku sanggup ketika saya mengungkapkan rasa yang ku pendam begitu usang di relung jiwaku yang gelap hingga rasa ini hampir kusam tak bertuan? yang ku dapati hanya kata MAAF!

Maaf, satu kata inilah yang paling gampang di lontarkan pengecap ketika pikiran tak ingin menjalankan raga. Maaf, kata naif dari seorang insan yang selalu khilaf dalam hidupnya, dan maaf kata yang ku sanggup ketika semua pengorbananku berada di titik kulminasi yang saya sendiri hampir kehilangan keseimbangan hidup karna mendakinya. MAAF...

Sempat menyesal terlahir ke dunia ini kalau hanya menanggung beban murung dan derita. Pernah ku dengar Sue Hok Gie berkata, takdir yang terbaik yaitu tidak pernah dilahirkan ke dunia ini, atau terlahir namun mati muda, dan takdir terburuk yaitu ketika kita hidup usang di dunia, apalagi dengan menanggung tumpukan murung yang seakan tak pernah habis tergoda zaman, karna sebuah takdir, tidak! saya lebih suka menyebutnya kesalahan, kesalahan karna kita telah terlahir di dunia ini.

Sudahlah... Menangis menganak sungai pun tak akan ada gunanya. Apa yang perlu di sesali..? Rahim ibu sudah memuntahkan kita ke dunia dan tak mungkin kita bisa ditelannya lagi kecuali tanah yang menelan kita.

Huft..Pengagum rahasia.

Kau takkan pernah berhenti menjadi pecundang kelas kakap yang kalah dari ikan teri.

Kau ingin diakui tapi takut tidak diakui, kau takkan pernah dapatkan rasamu kalau yang kau kagumi lebih terperinci sinarnya seribu kali lipat dari sinarmu yang redup.

Pengagum rahasia... Tetaplah jaga rahasiamu, karna semua takkan menjadi diam-diam yang indah kalau kau mengungkap rahasianya.

Copas dari notes facebook tertanggal 17 may 2011

Sumber http://www.ekokurniady.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel