Derita Punya Istri Perawat

 kali ini gue bakalan ulas penderitaan para lelaki yang mempunyai istri seorang perawat Derita Punya Istri Perawat
foto ilustrasi | sumber: google images

Sesuai dengan judul di atas, kali ini gue bakalan ulas penderitaan para lelaki yang mempunyai istri seorang perawat.

Gue tulis topik ini karna ini pengalaman langsung gue ya..
Tapi serius, gue belum nikah. Tapi hampir saja nikah dengan cewek yang profesinya perawat.
Bersyukur gak jadi.. Karna bila jadi dapat ribet urusannya buat orang yang menyerupai saya.

Mungkin sebagian orang pikir punya istri perawat itu enak. Katanya sih telaten, bila kita atau anak sakit dapat ngerawat dengan baik. Gimana enggak, tiap hari ngerawat orang, masak ngerawat suami atau anak sendiri gak bisa?

Tapi gak gitu juga kenyataannya.
Nah, itu yang pengen gue lempar ke loe-loe semua.
Gue pengen loe tau bagaimana rasanya mempunyai pasangan seorang perawat dengan sudut pandang yang berbeda.
Lebih tepatnya kita akan bahas penderitaan lelaki yang mempunyai istri seorang perawat.

Here we go!

Seperti yang kita tau perawat itu ialah pekerjaan yang mempunyai jam kerja random atau menurut shift. Gak ada liburnya gan. Cuma emang beberapa ahad sekali ada off nya, tapi off nya gak selalu bertepatan dengan hari ahad atau hari libur normal di kalender kita.

Penderitaan pertama

Harus jadi tukang ojek yang kuat.
Yang namanya fisik dan kendaraan itu harus selalu fit karna tiap hari pagi, siang, malem, kadang gak tentu jamnya kita harus mengantar istri kita dinas. Enak juga bila tempatnya deket, bila jauh, dapat gempor juga. 

Penderitaan kedua
 
Harus selalu jadi suami siaga.
Belum lagi kita juga kan mesti kerja mencari nafkah untuk keluarga.
Waktunya pulang kita mau istirahat dan santai bersama keluarga, eh istri minta antar dinas malam.
Kita mesti anter dah. Itu belum di tambah urusan ngurusin anak. Wah.... Ampun kakak..... 

Penderitaan ketiga

Harus ekstra sabar soal waktu.
Nah, ini yang paling prinsip. Seperti yang gue bilang pada salah satu paragraf di atas, perawat itu jam kerjanya memakai sistem shift. Biasanya shift pagi, siang, dan malam. Jarang ada libur atau off yang bertepatan dengan hari ahad atau libur nasional. Kita sebagai suami harus ekstra sabar soal ini.

Gimana enggak? Apalagi buat pengantin baru.
Kita pulang kerja niat pengen ehem-ehem (sensor*) eh istri harus dinas. Haha. Gak ketemu dah akhirnya. Masak udah nikah masih harus pake tangan juga..? Jiah.... Haha.

Lain lagi bila sudah sukses punya anak. Waktu liburan dengan anak pun jadi gak ada. Anak yang lagi libur pengen jalan-jalan bareng ayah bundanya, eh bundanya mesti kerja. Akhirnya solusinya jalan-jalannya di rumah sakit kawasan bundanya kerja. Tema liburannya study banding ke kamar mayat. Haha

Kasus lain bila anak sakit. Mungkin kita pikir, halah orang istri kita perawat, jadi kondusif lah, ada yang ngerawat anak kita. Pada kenyataannya, kadang bundanya terpaksa meninggalkan anaknya yang sakit demi melaksanakan kewajiban dinas sebagai perawat. Inikan jadinya anak orang sakit di rawat, eh anak sendiri sakit malah ditinggalin.

Tapi damai saja, gue tidak melemparkan dilema tanpa memberi solusi buat loe yang mungkin berniat menikahi seorang perawat, atau malah yang sudah menikah dengan perawat.

Buat yang sudah terlanjur menikah dengan perawat, gimana kabarnya..? Sehat...?
Ya niscaya sehatlah, orang tiap hari di rawat. :)

Buat yang sudah terlanjur menikah dengan perawat ataupun juga yang punya planning ke sana.
Ada baiknya memang kita harus dapat menjadi lelaki yang mapan dan mempunyai finansial yang cukup untuk menghidupi keluarga. Makara dengan hal ini istri tidak perlu lagi harus berkerja. Memang intinya kiprah istri itu untuk merawat keluarga dan kiprah lelakilah yang harus mencari nafkah.

Namun karna kita hidup di kala globalisasi yang dipenuhi jargon emansipasi, kita alhasil menganggap kiprah perempuan tidak hanya mengurus rumah tangga saja, tapi juga dapat mencari nafkah yang intinya seharusnya mencari nafkah itu menjadi kiprah lelaki sebagai kepala keluarga.

Cuman ya itu tadi..
Jika loe udah gak berpengaruh lagi dengan profesi istri loe sebagai perawat yang jam kerjanya gak tentu, maka suruh istri loe berhenti kerja dan mulailah berkerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Hei.. itu udah kiprah loe sebagai suami.
Suami itu tulang punggung, sedangkan istri itu tulang rusuk.
Jangan bebankan tanggung jawab mencari nafkah kepada istri.
Karna tulang rusuk itu gampang patah dan tidak sekuat tulang punggung. Meski dalam kenyataannya perempuan itu lebih berpengaruh dari pada laki-laki. 
Gue mengakui itu.... Ya gue mengakui itu.

Sumber http://www.ekokurniady.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel